All posts tagged: Alia Swastika

Mengingat 25 Tahun Reformasi

Pameran ini bukan (sekadar) tentang reformasi. Juga tidak dalam rangka menguatkan glorifikasi, apalagi pada titik ketika kehidupan kita sekarang masih terus bergelut memperjuangkan demokrasi. Pameran ini bisa jadi lebih diinisiasi untuk menjadi ruang yang mempertemukan beragam ingatan tentang sebuah masa yang telah mengubah banyak hal dalam kehidupan individu maupun kita sebagai warga sebuah bangsa. Kami ingin membicarakan penanda dalam titi mangsa ini bersama para seniman dari beragam latar belakang dan berlainan generasi. Bagaimana sebuah peristiwa dalam sejarah dapat melahirkan tafsir yang berbeda, dikenang dengan cara yang tak sama, dan membangun percakapan yang bisa membawa kita ke segala arah?

Remembering 25 Years of Reformation

This exhibition is not (just) about the Reformation. Nor is it about glorification, especially at this point in our lives when we are still struggling for democracy. Rather, this exhibition was initiated to be a space that brings together various memories of a moment that has changed many things in the lives of individuals and us as citizens of a nation. We, and several artists from different backgrounds and generations, would like to invite you to talk about the markers of a tipping point: how a set of historical events happening during the period that have prompted a breadth of interpretations are mused on in different ways, and have started a conversation that leads to many paths.

Diskusi Panel “Ingatan Bergegas Pulang”

English | Indonesia Bagaimana kita mesti melihat kesenian hari ini? Bagaimana seniman muda, khususnya di Indonesia, memaknai dua terma yang sering digunakan secara bergantian—dan bahkan kerap pula dipertentangkan dengan keliru konteks—yaitu “seni modern” dan “seni kontemporer”? Mungkinkah kita melihat keduanya sebagai kerangka berpikir yang dapat saling melebur, daripada sekadar soal metode, medium, dan pendekatan yang berbeda, sebagai usaha untuk melebarkan jangkauan seni dalam membingkai beragam persoalan sosial yang ada? Mengambil format simposium berisi dua pidato kunci dan tiga panel; menghadirkan sejumlah pembicara yang dianggap penting dalam skena seni rupa dan ilmu-ilmu sosial, acara ini merupakan bagian dari proyek Ingatan Bergegas Pulang dalam rangka meluaskan pembicaraan kita mengenai praktik kesenian para seniman muda hari ini. Berangkat dari karya-karya Suvi Wahyudianto yang dipamerkan dalam pameran tunggalnya yang bertajuk Ingatan Bergegas Pulang itu, simposium ini mencoba memetakan preferensi, wawasan, fokus-fokus isu, ragam ekspresi, orientasi, kecenderungan gaya ungkap, dan model-model dari upaya penemuan estetika baru oleh perupa kontemporer. Dengan melibatkan para pembicara dari berbagai bidang, antara lain seniman, kurator, dan peneliti sosial, simposium ini juga bertujuan untuk meninjau cara …

Panel Discussion “The Memories Hurrying Home”

English | Indonesia How should we see art today? How does a young artist especially Indonesian young artist interprets two terms that are often used interchangeably- even inapproriately contradicted within a context; “a modern art and a contemporary art”?Can we see these two terms as a way of thinking that integrates each other rather than a method, medium, or a different approach as an attempt to expand a framework of art in depicting various social problems? Taking a symposium format that consists of two speeches and three panels, this program, as part of The Memories Hurying Home project, features a number several prominent speakers of fine art and social science. This discussion aims  to expose us to the artistic pursuit of today’s young artists. Based on the works of Suvi Wahyudianto exhibited in his solo exhibition entiled the Memories Hurrying Home, this symposium aims to map out the preferences, knowledge, concerns, expressions, orientation, style of exposition, and models that are engrained in the new works of contemporary artists. By engaging speakers from different background such …

DOMAIN/TERRAIN

Restu Ratnaningtyas in “Domain/Terrain” has delved through her personal experiences of moving in and out of old and new places. They are simple episodic memories which were initially perceived psychologically as social phenomena; yet when reflected from a certain distance, this allowed her to respond to these memories from a different perspective.

RANAH/TANAH

Restu Ratnaningtyas dalam “Ranah/Tanah” menggali pengalaman-pengalamannya keluar masuk dalam ruang lama/ruang baru, kisah sederhana yang ketika direfleksikan dalam jarak tertentu membuatnya bisa memetakan peristiwa yang awalnya tampak melalui psikologis sebagai fenomena sosial.