
Gegerboyo adalah kolektif seniman asal Yogyakarta yang didirikan pada Juni 2017, dan kini beranggotakan lima perupa, yaitu Vendy Methodos, Enka Komariah, Dian Suci Rahmawati, Ipeh Nur, dan Prihatmoko Moki. Memiliki keterampilan gambar yang mumpuni dari masing-masing anggotanya, karya-karya Gegerboyo kerap kali mengkritik dan merefleksikan fenomena sosial dan politik aktual dengan cara mengutip anasir-anasir dari keseharian warga. Eksperimen mereka tidak hanya berfokus pada segi konstruksi naratif dan bentuk-bentuk figuratif, tetapi juga pada upaya mereka dalam menyerap atribut-atribut simbolik adiluhung untuk diartikulasikan secara baru sebagaimana sikap, tingkah laku, atau gelagat warga biasa dalam kekerabatan sosial zaman sekarang.
Gegerboyo is a Yogyakarta-based artist collective whose works reflect critically on social and political phenomena by taking subjects from everyday life. Their work is inspired by Javanese culture and traditions, as well as contemporary urban space. Founded in June 2017, Gegerboyo is Vendy Methodos, Enka Komariah, Dian Suci Rahmawati, Ipeh Nur, and Prihatmoko Moki, each of whom is an artist with excellent drawing skills, prone to visual experimentation. This ethos can be seen not only in terms of narrative construction and figurative forms in their work, but also in their efforts to articulate the attitudes and behavior of ordinary social kinship.
Gaya ungkap khas Gegerboyo terinspirasi oleh budaya dan tradisi Jawa, serta ruang kota kontemporer. Eksplorasi bahasa visual mereka mencakup elemen-elemen representasional yang digubah secara menyimpang, tapi susunannya masih tetap menyiratkan polemik mengenai politik identitas dan relasi kekuasaan, termasuk juga perihal konflik antara konsep tradisional dan modern. Tak jarang, mereka menggubah figur-figur supranaturalistik pada latar atau lanskap yang terkesan ‘spektral’ dengan susunan yang janggal. Ini merupakan pendekatan lingustik yang menarik dalam menanggapi isu-isu sosial dan politik yang melatarbelakangi narasi pada gambar-gambar mereka.
Gegerboyo’s expressions are inspired by Javanese culture and traditions, and contemporary urban space. Their exploration of visual language consists of deviantly composed representational elements hinting at identity politics and power relations, including the conflict between the traditional and the modern. They often compose supranatural figures in a ‘spectral’ setting or landscape in an unsettling arrangement. This is an interesting linguistic approach to respond to the social and political issues that became the narrative background of their drawings.
Gegerboyo telah terlibat di beberapa proyek kesenian nasional dan internasional, antara lain di Art Jakarta Virtual (2020, dipresentasikan oleh kerjasama antara Baik + Khneysser dan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat); Goro-goro Gegerboyo, dalam “Karya Normal Baru”, Biennale Jogja (2020); proyek “International Mural By Mail”, Elisabeth Jones Art Center (2020); Biennale Jogja XV: “Do We Live in The Same Playground?” (2019); Tan Hana Dharma Mangrwa, REDBASE, Yogyakarta (2019); dan Ngabuburit Mural Pancasila, Stadion Kridosono Kotabaru, Yogyakarta (2017).
Gegerboyo has been involved in various national and international art projects, including Art Jakarta Virtual (2020, presented by a collaboration between Baik + Khneysser and Cemeti – Institute for Art and Society); Goro-goro Gegerboyo, in “Karya Normal Baru”, Biennale Jogja (2020); “International Mural By Mail”, Elisabeth Jones Art Center (2020); Biennale Jogja XV: “Do We Live in The Same Playground?” (2019); Tan Hana Dharma Mangrwa, REDBASE, Yogyakarta (2019); and Ngabuburit Mural Pancasila, Stadion Kridosono Kotabaru, Yogyakarta (2017).





“Tonil Wonoboyo”
Mural akrilik pada kanvas (tidak terentang) & 4 wayang kulit (cat akrilik di atas kulit kerbau, kayu)
Mural acrylic on canvas (unstretched) & 4 shadow puppets (acrylic paint on buffalo leather, wood)
259 x 153 cm
2020





“Tonil Sasonoloyo”
Mural akrilik pada kanvas (tidak terentang) & 4 wayang kulit (cat akrilik di atas kulit kerbau, kayu)
Mural acrylic on canvas (unstretched) & 4 shadow puppets (acrylic paint on buffalo leather, wood)
259 x 153 cm
2020