Komentar Kurator sebARSIP:
“Kata ‘Awas Bebek Galak’ pada karya ini bukan hanya berfungsi sebagai teks. Akan tetapi, kehadirannya—serta modus dari bagaimana cara ia dihadirkan—merepresentasikan suatu ketegangan dengan kalimat-kalimat vernakular. Kalimat seruan semacam itu di dalam kehidupan sehari-hari kita, agaknya, dibayangkan sebagai suatu cara yang memiliki efek deterrence efektif, alih-alih penghadiran subjek yang ia rujuk.” (Manshur Zikri).

Foto diakses dari katalog Landing Soon #08, hlm. 14-15.
Sigit Bapak Haryadi, Pergi ke Kebun Bibi (2008). Video, instalasi media campuran.
Foto diakses dari katalog Landing Soon #08, hlm. 24-25.Sigit Bapak Haryadi, Pergi ke Kebun Bibi (2008). Video, instalasi media campuran.
Foto diakses dari katalog Landing Soon #08, hlm. 26-27.
Komentar Kurator sebARSIP:
“Demikian juga dengan karya Pergi ke Kebun Bibi (2008). Bukan saja karena memeragakan peristiwa komunikatif yang kuat terikat dengan referensi historis umum mengenai bidang komunikasi, ataupun dengan referensi hari-hari kita sebagai masyarakat politik, karya instalasi ini mendistorsi konteks makna dari tanda-tanda melalui repetisi tekstual. Tentu, bukan makna dari teks “kebun bibi” itu lagi yang menjadi penting di sini, melainkan motif si seniman dalam memainkan tanda semacam itu ke dalam konstruksi naratif karyanya.” (Manshur Zikri).
Sigit Bapak Haryadi, Dark Dick Duck Door (2008). Cutting sticker.
Foto diakses dari katalog Landing Soon #08, hlm. 20-21.
Komentar Kurator sebARSIP:
“Dan penyimpangan tipis atas suatu bunyi vernakular, untuk ditambatkan pada makna terikat dari suatu kata, sebagaimana dibicarakan dalam karya Dark Dick Duck Door (2008) ini, merupakan sebuah permainan genial lagi jenaka yang berhasil menegaskan bagaimana kata, dalam wujud visual-tekstualnya, memiliki kelenturan tertentu untuk dibentuk dalam kerangka bebunyian.” (Manshur Zikri).
Esai Farah Wardani dalam katalog Landing Soon #08, 2008, hlm. 8 – 11.