Calling Nyi Roro Kidul

Leyla Stevens, 2013

HD color video, 6 minutes loop, installation with sound, bamboo, wood and light
dimensions variable

Photo documentation of the installation view

Kita bisa bercermin pada karya Leyla yang berjudul Calling Nyi Roro Kidul (2013)—di setiap karyanya memang ia menggandrungi topik tentang ritual, isyarat, perjumpaan spasial, transkulturasi, dan sejarah tandingan. Masyarakat Yogyakarta yang percaya akan mitos Nyi Roro Kidul ini tentu tidak akan berani pergi ke pantai selatan mengenakan kaos berwarna hijau. Leyla melakukan sebaliknya. Seorang performer memakai kaos berwarna hijau sambil membawa bendera yang juga berwarna hijau berdiri di bibir pantai selatan sambil mengayunkan bendera itu. Banyak kemungkinan yang Leyla ingin utarakan; bisa saja Leyla ingin mengatakan bahwa dalam berkomunikasi harus ada dua hal, yaitu penerima dan pengirim pesan. Keberadaan performer berkaos hijau lengkap dengan bendera hijau adalah sebuah pengulangan guna menegaskan sekaligus “menantang” bahwa ia ingin sekali merasakan perjumpaan dengan Nyi Roro Kidul. Leyla agaknya ingin mengatakan bahwa kita, manusia, terus-menerus melemparkan bahasa, melemparkan wacana ke sekeliling kita, dan terus berupaya dan berharap penerima pesan mengerti apa yang ingin kita sampaikan. Kita langsung mengganti cara bicara kita dengan “gue-elu” saat bertemu dengan teman dari ibu kota, kita menggunakan Bahasa Inggris saat berkomunikasi dengan kolektor dari Jerman, misalnya, kita menggunakan bahasa isyarat saat berceloteh dengan seorang bayi; Lelya menggunakan performer berkaos hijau memegang bendera untuk dapat berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul. Bahasa, kode, tanda adalah usaha manusia tiada ujung.

Dian Krisnawati (8 Mei 2020), Mengurai Kode-kode Leyla Stevenshttp://www.cemeti.art