All posts filed under: sebARSIP

Petruk Dadi Ronald

Krijn Christiaansen meminjam ikon Petruk, salah satu karakter Punakawan yang sudah memiliki hati di masyarakat Yogyakarta. Di dalam proyek ini, Petruk mengenakan pakaian kuning belang-belang merah dan kupluk merah dengan lubang jambul di ujung atasnya. Wajah petruk dasarannya putih seperti pemain pantomim dengan warna merah di bagian bibir dan ujung hidung. Secara langsung kita akan bisa melihat penampilan Petruk ini sangat mirip dengan dengan Roland (ikon McDonald’s). Di tangan dalang Krijn Christiaansen, Petruk memang diangankan bersaudara dengan beberapa Roland McDonald’s di Yogyakarta.

Anekdot dari Anekdot Cemeti 88-98

“Mengintervensi arsip”, dalam hal ini: secara fisik, yaitu ketika hasil pindaian beberapa halaman buku 15 years Cemeti Art House Exploring Vacum ditata ulang secara manual dengan pemotong kertas dan lem—seperti praktik mengkliping—sebelum hasil tataannya itu dipindai kembali, alih-alih mengolah visual-teks anekdot tersebut dengan merancang ulang sepenuhnya menggunakan software. Pilihan artistik tersebut juga terhubung dengan gagasan kedua, yaitu “mengalami arsip”. Bagi saya, proses dan sensasi memotong serta mengelem hasil potongan yang tidak rapi, hingga bercak-bercak kotor akibat proses memindai, adalah pengalaman menarik yang saya bayangkan juga akan teman-teman alami kala menyimak gambar-gambar di atas.

LOCKDOWN! #stayathome, OJO NGEYEL, NENG OMAH WAE!

sebARSIP Residensi – Arsip Pilihan #001: “Leyla Stevens” LOCKDOWN! #stayathome, OJO NGEYEL, NENG OMAH WAE! Kata-kata pada judul di atas menjadi pemandangan baru di Jogja sebulan terakhir. Satu demi satu, kian bertambah kelompok masyarakat yang menutup jalan ke rumah mereka, entah dengan spanduk bertuliskan “LOCKDOWN”, dituliskan dengan huruf kapital semua, warna merah menyala sebagai warna tulisan, serta dibubuhkan tanda silang dan tanda baca seru guna menegaskan ini adalah peringatan yang sangat serius. Alhasil, tidak ada yang berani menembus jalan itu. Fenomena ini menjadi menarik untuk dilihat lebih dekat. Bagaimana kita tidak terpisah dari bahasa; bahasa tidak terpisahkan dengan tanda. Bagaimana pikiran manusia bekerja untuk membuat tanda-tanda peringatan sedemikian rupa agar mereka dapat menyampaikan pesan tanpa perlu bertatap muka (terlebih seperti situasi sekarang ini). Bicara soal tanda atau kode-kode ini, kami mengingat proyek Leyla Stevens, seniman berdarah Bali-Australia yang pernah mengikuti residensi di Cemeti. Ia memiliki pandangan menarik tentang bahasa dan kode, dan hal itu ia tuangkan dalam proyek semasa residensinya di Cemeti pada bulan November 2013 silam. Selama menjalani program residensi seniman di Cemeti, ia …

sebARSIP

Dalam proyek ini, dengan sepenuhnya memanfaatkan platform media online, kami akan menerbitkan, setidaknya satu pos setiap minggu, ulasan tentang satu atau lebih materi dokumentasi yang tersimpan dalam koleksi arsip kami; arsip-arsip yang berkaitan dengan karya seni atau proyek seniman yang pernah bekerja sama dengan Cemeti.