Rimpang Nusantara Meluncurkan Kumpar Rimpang
Program Rimpang Nusantara akan menggelar semacam festival yang dilaksanakan selama tahun 2022 bertajuk Kumpar Rimpang.
Program Rimpang Nusantara akan menggelar semacam festival yang dilaksanakan selama tahun 2022 bertajuk Kumpar Rimpang.
Bulan Ramadan dan serangan Covid-19, saya dan teman-teman berinisiasi membuat sebuah drama series berbahasa lokal, yang awal mulanya hanya sebatas jaringan pertemanan menjadi lingkaran kolektif. Dengan harapan dapat menjadi pilihan tontonan hiburan selama swakarantina.
Bulan ini, dengan gembira dan penuh semangat, kami melansir edisi kedua program Rimpang Nusantara, melibatkan lima seniman dari lima lokasi berbeda: Engel Seran (Atambua), Robby Octavian (Samarinda), Remzky F. Nikijuluw (Ambon), Riky Fernando (Tanjung Pinang), dan Ester Elisabeth Umbu Tara (Kupang).
Bulan Ramadan dan serangan Covid-19, saya dan teman-teman berinisiasi membuat sebuah drama series berbahasa lokal, yang awal mulanya hanya sebatas jaringan pertemanan menjadi lingkaran kolektif. Dengan harapan dapat menjadi pilihan tontonan hiburan selama swakarantina.
Bersama empat kawan seniman yang berdomisili di luar Kota Palu, saya menginisiasi pertemuan melalui kanal virtual (live streaming di Instagram) untuk proyek menggambar dan bercerita, yang saya namakan Daring Drawing.
Pada awal bulan Maret, saya berada di Makassar, mengikuti pengayaan bahasa yang diselenggarakan oleh LPDP selama tiga bulan, Maret-Juni. Dua minggu mengikuti kelas tatap muka, tiba-tiba saja kabar mengenai penyebaran Covid-19 semakin meluas.
Dapur menjadi pelarian termanis selama swa-karantina Covid-19. Berbagai resep menjadi eksperimen tanpa akhir. Suatu ketika, sebungkus fosil jeruk limau, kiriman kebun paman di Sukabumi, terancam membusuk di kulkas.
Pada awal Maret, Jogja memberlakukan status Kejadian Luar Biasa (KLB), praktis tidak banyak aktivitas di luar rumah. Pada saat itu, kolektif saya, Gegerboyo, sedang menuntaskan proyek “International Mural by Mail” yang merupakan salah satu proyek salah satu galeri di Portland, Oregon, Amerika Serikat.
Selama pandemi, aku banyak menghabiskan waktu di studio yang juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Bidang tanah liat kuciptakan dengan teknik menorah (menggores) dengan benda tajam.
Selama pandemi Saya dan keluarga di rumah saja. Mulai awal bulan April, kami sudah merasa takut dengan berita yang beredar tentang Covid-19, apalagi jumlah yang terinfeksi terus bertambah.