Daftar Isi
Pengantar | Rangkaian Kegiatan | Presentasi Publik | Biografi

Mencari Kabar
Inisiator:
PROYEK EDISI
Anggota PROYEK EDISI:
Azwar Ahmad, Eka Wahyuni, Faida Rachma, Ignatius Suluh, Maria Silalahi, Muhammad Zulqornain, Nisa Ramadani, Pinka Oktafiatun, Prashasti W. Putri, Ridho Afwan Rahman, Syahidin Pamungkas, Wildan Iltizam, dan Dini Adanurani
Kolaborator:
FantomPocong
Lokasi Riset:
Daerah Istimewa Yogyakarta
Lokasi Presentasi:
– Daring: Kanal YouTube dan Instagram PROYEK EDISI
– Luring: Portaleka Choreography
Latar Belakang
Sebagian besar anggota PROYEK EDISI lahir pada dekade 1990-an. Ingatan yang kami miliki seputar Orde Baru dan peristiwa-peristiwa yang menandai berakhirnya rezim tersebut terlampau samar. Mereka tidak mengerti secara detail gejolak sosial politik yang terjadi. Hal yang sebagian dari mereka mungkin mengerti dan rasakan langsung dari era peralihan Orde Baru dan Reformasi hanyalah harga-harga yang naik. Sebagian dari mereka bahkan hanya mengetahui “krisis moneter 1997-1998” sebagai sebuah kata, bukan peristiwa yang dialami. Terlebih dengan rentang waktu yang sudah terlewat, dan narasi yang bisa saja diperbaharui dengan kepentingan-kepentingan tertentu (seperti meme: “enak jamanku to?”), semakin mengaburkan peristiwa yang terjadi saat itu.
Dalam konteks bagaimana Reformasi 98 membicarakan tentang kritik negara atau kritik kekuasaan, Reformasi 98 membuka kran kebebasan yang sebelumnya dikuasai oleh Orde Baru secara terpusat sehingga semua orang dapat berekspresi, bersuara, dan berserikat. Dalam hal ini, teknologi media turut mendukung pecahnya Reformasi 98. Ada fenomena mailing list pada generasi X, generasi aktivis pada saat itu, untuk menggalang mobilisasi kultural. Kemunculan internet saat itu cukup menimbulkan pertanyaan besar bagi orang-orang di zaman itu: apa itu internet? Ide demokrasi yang dibawa oleh internet berjalan beriringan dengan ide demokrasi yang dibawa oleh para pejuang Reformasi 98. Kritik terhadap kekuasaan dirayakan. Akan tetapi, pada pasca-Reformasi, “demokrasi yang dicita-citakan” agaknya gagal terwujud secara utuh dan situasi yang berkembang ternyata justru melahirkan bentuk kekuasaan baru: oligarki media dan politik. Penguasa tidak lagi negara, namun para pemilik modal.
Demokrasi a la Reformasi 98, akhirnya, perlu kita pertanyakan kembali. Ada usaha untuk meruntuhkan rezim pascareformasi. Beriringan dengan itu, pada hari ini terdapat teknologi baru: Blockchain.
Sebagai generasi Y dan Z, anggota PROYEK EDISI saat ini sedang mencoba mencari tahu apa itu Blockchain dengan berbagai potensinya. Blockchain berpegang pada tiga prinsip, yaitu desentralisasi, transparansi, dan tidak dapat diubah (immutable). Prinsip desentralisasi Blockchain ini memungkinkan para aktivis dan pegiat media untuk membuat sistem yang tidak terpusat—tidak seperti internet—yang hanya dimiliki oleh beberapa orang atau kelompok tertentu. Sistem Blockchain yang seperti itu memungkinkan demokrasi untuk dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Ini membuat keadaan berlangsung mirip ketika internet muncul di tahun 1990-an. Ada situasi perubahan radikal yang terjadi di dunia, yang memicu kejadian pada tahun 1998, dan yang muncul lagi sekarang, beberapa dekade setelahnya. Dan keduanya muncul terpicu atau berkaitan dengan kemunculan teknologi baru.
Gagasan dan Tujuan
“Mencari Kabar” digagas oleh PROYEK EDISI dalam rangka merespon tema “KUMPAR RIMPANG: Almanak Rimpang Nusantara 2022”, yaitu melihat kembali situasi medan sosial dari keadaan dan situs generasi pasca-1998. Mencoba melihat sejarah melalui arsip dan menarik konteksnya yang baru di hari ini, “Mencari Kabar” memilih fokus pada fenomena Krisis Moneter 1998, dengan alasan sebagaimana yang telah dijabarkan pada bagian latar belakang proyek. Studi sejarah melalui arsip ini lantas dikombinasikan dengan eksperimen terhadap teknologi baru, yaitu Blockchain, dalam rangka membuka peluang yang lebih besar dalam pewujudan demokrasi dan kesetaraan akses informasi secara lebih merata.
Selain itu, konsep utama yang hendak ditelaah juga dalam proyek ini ialah “arsip performatif”, yakni menjadikan arsip sebagai dasar bagi eksperimen-eksperimen performatif (khususnya di ranah seni performans), dan sekaligus sebagai upaya untuk menafsir gagasan tentang “arsip yang menubuh” melalui studi informasi, aksi, dan peristiwa dengan dasar bentuk seni performans tersebut.
“Mencari Kabar” dimaksudkan sebagai sebuah proyek seni jangka panjang dan berkelanjutan untuk mengkaji konsep dan praktik dari seni performans, performativitas, dan budaya media, dalam hubungannya dengan modus-modus alternatif dari kajian sosial, ekonomi, dan sejarah.
Deskripsi Proyek
Proyek “Mencari Kabar” dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama, mengumpulkan, meneliti, dan memilah arsip koran lokal Yogyakarta tahun 1998 (dilakukan pada Mei – Juni 2022). Kedua, melakukan respon terhadap arsip ke dalam seni performans dan merekamnya menjadi karya video (dilakukan pada Juli 2022). Ketiga, menyelenggarakan lokakarya internal tentang Blockchain, Cryptoverse, dan NFT (terutama, dilakukan pertemuan luring pada 29 Juni 2022 di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat, dan pada 16 Juli 2022 di markas Portaleka Choreography). Ketiga, mencetak ulang dan menyebarkan artikel-artikel terpilih dari arsip yang terkumpul itu ke dalam Blockchain, yang mana kegiatan pencetakan (minting) ini akan dikemas menjadi suatu performans yang dapat disaksikan oleh audiens baik secara daring maupun luring (dilakukan pada 30 Juli 2022).
Output Proyek
“Mencari Kabar” menghasilkan sejumlah keluaran, antara lain karya seri performans video (terdiri dari 21 video yang didistribusikan melalui kanal YouTube PROYEK EDISI dan Instagram @proyek.edisi); reproduksi digital artikel-artikel yang diseleksi dari tumpukan arsip surat kabar Kedaulatan Rakyat, untuk didistribusikan ke dalam jaringan Blockchain; dan karya seni performans kolaboratif berupa aksi mencetak (me-minting) arsip digital ke dalam jaringan Blockchain.
RANGKAIAN KEGIATAN
Penelitian Arsip Kedaulatan Rakyat
Penelitian arsip (Mei – Juni 2022) diawali dengan observasi dan penentuan lembaga-lembaga arsip media massa mana saja yang akan menjadi lokasi penelitian. PROYEK EDISI meneliti koran Kedaulatan Rakyat yang dikoleksi oleh Jogja Library Center.
Lokakarya Blockchain, Cyrptoverse, dan NFT
Selain melakukan penelitian arsip koran Kedaulatan Rakyat di Jogja Library Center, dan mempersiapkan agenda produksi karya seni performans dan video, PROYEK EDISI dalam rangka proyek “Mencari Kabar” ini juga melakukan lokakarya internal tentang Blockchain, Cryptoverse, dan NFT (non-fungible token).
Produksi Karya Seri Performans Video
Setelah melakukan tahapan penelitian arsip, PROYEK EDISI menyeleksi 21 artikel dari ratusan artikel koran Kedaulatan Rakyat yang sudah terkumpul, untuk direspon menjadi karya seni performans. Respon tersebut berbentuk aksi pembacaan atau deklamasi isi artikel di lokasi-lokasi yang diberitakan di dalam setiap artikel.
PRESENTASI PUBLIK
Seri Performans Video “Mencari Kabar”
20 karya perfomans video ini berpijak dari arsip koran Kedaulatan Rakyat (KR) yang terbit tahun 1998 dan memberitakan isu krisis moneter. Setiap performans video menampilkan aksi deklamasi anggota PROYEK EDISI atas isi artikel berita KR yang sudah diseleksi, di lokasi yang berhubungan dengan narasi berita dalam artikel yang dibaca.
BIOGRAFI ANGGOTA PROYEK EDISI
Azwar Ahmad
IG: @azwarahmadd
Twitter: @azwarahmad
AZWAR AHMAD (lahir 1990) adalah seorang pembuat film yang aktif sebagai juru kamera dan editor di Yogyakarta, Indonesia. Dia telah terlibat dalam beberapa proyek seni dengan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, PORTALEKA, Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat, dan LINGKARAN | koreografi. Beberapa festival yang ia ikuti sebagai kolaborator, antara lain Imajitari 2018, Distance Parade 2019, Indonesian Dance Festival 2020, Helatari 2019. Ia juga mengikuti workshop Rotten TV – “Yogyakarta Satellite”, Metaphoric Site #1: Land (2021) yang diprakarsai oleh Daniel Lie, JOGJA-NETPAC Asian Film Festival Workshop: Journey from Camera to Screen (2016), Workshop Seni Media: Teknologi Media dalam Seni Pertunjukan (2018) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Inkubasi CAPTURE (Course of Professional Talents and Incubation Program for Photographer) 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Workshop Cipta Indonesia Bertutur (2021) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ketertarikannya pada gerakan kamera, tubuh, isu-isu sosial dan budaya menjadi dasar pemikirannya dalam menciptakan karya. Proyek kolaborasinya dengan Eka Wahyuni (Koreografi), antara lain “Gaung”, “Ambang”, “Resonansi”, “Pesona Tari Gong”, “Pesona” dll. Ia juga terlibat dalam gerakan seni pertunjukan bernama Proyek Edisi.
***
Eka Wahyuni
IG: @echadesu
Twitter: @echadesu
Situs web: https://portalkaid.wixsite.com/portalika
EKA WAHYUNI (Echa) memulai latihan tarinya pada tahun 2012 sebagai penari tradisional Kalimantan Timur dan telah fokus pada tari kontemporer sebagai koreografer pada tahun 2016. Ketertarikannya pada arsip dan fenomena memori membawanya untuk menciptakan karya tari yang mengeksplorasi bentuk tubuh, mitos, dan cerita. Pesona Tari Gong (Pesona Tari Gong) adalah proyek jangka panjangnya yang telah dimulai sejak tahun 2016 dan telah dipresentasikan dalam bentuk presentasi work-in-progress. Ia terlibat dalam sebuah gerakan seni performans bernama PROYEK EDISI. Ia juga seorang pendiri dua gerakan seni bernama Portaleka (Yogyakarta) dan Tepian Kolektif (Berau); dan bekerja di bidang manajemen seni di LINGKARAN I koreografi (Yogyakarta), Jejak Tabi Exchange 2019-2020 (Kota Roxas), dan Saskirana Dance Camp dan Choreo Lab – DokumenTARI (Bandung).
***
Faida Rachma
IG: @faidarachma
FAIDA RAHMA adalah desainer grafis yang memiliki ketertarikan pada praktik konsumsi konten dalam internet dan pengarsipan jejak digital. Saat ini, Faida tengah mengerjakan proyek pribadi berjudul Day to Day Codegram, di mana ia mengkurasi dan mengarsipkan konten digital yang dikonsumsi setiap harinya. Praktik ini berkaitan dengan gagasan mengenai datakrasi sebagai kemungkinan tata kelola sosial-politik di masa depan.
***
Ignatius Suluh Putra
IG: @ignatiussuluh
Twitter: @suluh_putra
IGNATIUS SULUH adalah seorang pelaku seni yang memiliki ketertarikan pada seni rupa kontemporer dan kerja-kerja kuratorial. Saat ini, ia sedang melanjutkan proyek zine dan bekerja lepas sebagai desainer grafis. Sebelumnya, Ignatius juga pernah mengkurasi pameran tunggal Bram Christian “Grayscale Volume 1: These Kinds of Local Bands that I be Very Fond of” di C2O Library and Collabtive, Surabaya (2017), mengikuti studi kolektif Gudskul, Jakarta (2018), terlibat sebagai sukarelawan di Biennale Jogja 15 (2019), dan bersama Indisczinepartij terlibat di kegiatan “Asana Bina Seni: Your Connection was Interrupted”, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta (2020). Ignatius tergabung dalam kolektif Indisczinepartij dan kelompok performans EDISI.
***
Maria Silalahi
IG: @mareasilalahi
Website: https://milisimaria.wordpress.com/
MARIA SILALAHI adalah seorang seniman dan pembuat film berbasis di Yogyakarta yang memiliki fokus praktik pada upaya-upaya dekonstrutif terhadap kemapanan sistem dan nilai-nilai yang bekerja pada lingkup sosial dan budaya manusia sehari-hari, dengan menekankan kritisisme terhadap pranata sosial, narasi lokal (serta korelasinya dengan ambivalensi antara isu domestik dan publik), sejarah-sejarah kecil yang terfragmentasi, dan deformasi tubuh, lewat untaian-untaian liris dan skeptis. Dalam mengembangkan proses kekaryaan, Maria umumnya terlibat dalam beberapa proyek pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan media alternatif.
***
Nisa Ramadhani
IG: @nsrmdn
Twitter: @ichaak
NISA RAMADANI (Yogyakarta, 4 Februari 1995) adalah lulusan jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada. Ia terlibat sebagai aktor di Indonesia Dramatic Reading Festival: Asian Playwrights Meeting – States of Crisis: “Mautopia” (2019), “Kekwa! Alami Mimpimu” (2015), OPENLAB X Cabaret Chairil: “Sejarah Singkat Tari” (Teater Garasi/Garasi Performance Institute, 2022), “What Makes You Who You Are?” oleh Caglar Kimyoncu (British Council & Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, 2017). Ia juga belajar tari tradisional Jawa di Sanggar Seni Kinanti Sekar dan tari kontemporer di Sekolah Seni Tari Mila. Pada tahun 2021, ia mengikuti Body Journey – 100 Tahun Joseph Beuys dan mempersembahkan “Manusia Silver: Sebuah Pengantar” (Goethe-Institut Indonesien & Cemeti – Institut Seni dan Masyarakat). Kemudian, dengan beberapa peserta dalam program itu, ia bergabung dengan PROYEK EDISI untuk belajar tentang seni pertunjukan.
***
Pinka Oktafia
IG: @pinkaoktafiaq
Twitter: @pinkaoktafiaq
PINKA OKTAFIA (Yogyakarta, 5 Oktober 1997), aktif sebagai freelancer pada tahun 2017 dan terlibat dalam berbagai acara seni di Yogyakarta. Selain bekerja di bidang manajerial seni, ia juga tertarik pada karya kuratorial, praktik seni, dan bidang ilmu lainnya. Aktivitasnya saat ini adalah bekerja di studio milik FX Harsono sambil mengerjakan penelitian tugas akhir sebagai mahasiswa S1 Manajemen Seni di ISI Yogyakarta, mengenai kerja kuratorial di “Proyek Mustahil” (Cemeti – Institut Seni dan Masyarakat). Pada tahun 2021, ia membuat showcase dengan PROYEK EDISI di Cemeti – Institute for Art and Society. Karya seni performans terbarunya yang bertajuk “Studi tentang Media” diadakan di Galeri Nasional Indonesia, yang merupakan bagian dari Pameran Solo Otty Widasari.
***
Prashasti Wilujeng Putri
IG: @prashasti
Situs web: https://prashasti.net/
PRASHASTI WILUJENG PUTRI (Jakarta, 5 Desember 1991), adalah seorang seniman performans dan programer seni. Ia lulus dari jurusan Kriminologi Universitas Indonesia pada tahun 2014. Penari komunitas tari Radha Sarisha dan Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah. Dia memulai proses artistiknya sendiri sejak bergabung dengan 69 Performance Club pada tahun 2016, dan kemudian bereksperimen dalam seni visual dengan MILISIFILEM Collective. Ia mengikuti Festival Seni Silek di Solok, Sumatera Barat tahun 2018, melakukan penelitian tentang silek (silat) dalam kehidupan tubuh kontemporer. Karya-karyanya yang lain fokus pada tubuh yang didefinisikan dan dibentuk oleh masyarakat, dan bagaimana seni performans dapat merekonstruksinya. Ia kini mengembangkan karyanya, berangkat dari residensi. Bersama rekan-rekan seniman di 69 Performance Club, karyanya dipentaskan di SMAK Museum Gent, TranzitDisplay Gallery Prague, Ministry of Foreign Artists Geneva, Garasi Performance Institute Yogyakarta, SIPA Festival Manila, dan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. Filmnya bersama anggota MILISIFILEM Collective, berjudul Pagi Yang Sungsang, ditayangkan dan dinominasikan dalam Festival Film Indonesia tahun 2018. Ia juga terlibat sebagai pengelola dan koordinator Forum Festival, sebuah simposium film sebagai bagian dari ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival.
***
Wildan Iltizam Bilhaq
IG: @lamunanmasa
Situs web: https://lamunanmasa.wixsite.com/seni
WILDAN ILTIZAM BILHAQ adalah seniman otodidak yang saat ini tinggal di Yogyakarta. Sejak 2016, Wildan mengembangkan karyanya di bidang seni lukis dan seni performans. Inspirasi melukisnya kebanyakan datang dari dunia mimpi. Menggabungkan goresan kasar dan abstrak dengan surealisme, ia bertujuan untuk menyelidiki konsep fragmentasi memori, antara keadaan kontemporer dan yang kuno. Karya-karyanya dalam seni pertunjukan dikonstruksi secara kuat oleh ide-ide partisipasi sebagai cara untuk mengkritik dan mendekonstruksi ketegangan dan kompleksitas individu kita dan masyarakat kontemporer kita yang saat ini sedang beralih ke realitas baru, realitas virtual. Pada tahun 2021, bersama rekan-rekannya, ia memprakarsai sebuah kolektif studi performans, PROYEK EDISI.
***
Dini Adanurani
IG: @diniada
Website: https://adanurani.com/
DINI ADANURANI (Jakarta, 6 September 1998) menyelesaikan studi Filsafat di Universitas Indonesia. Ia adalah seorang penulis, pembuat film, dan penerjemah lepas. Karya film pertamanya, “Aksi – Reaksi” (2018, berkolaborasi dengan Wahyu Budiman Dasta dan Mia Aulia) diproduksi oleh MILISIFILEM Collective, Forum Lenteng. Semasa kuliah, ia pernah menjadi Direktur Festival untuk UI Film Festival. Saat ini, Dini aktif sebagai kritikus film di Jurnal Footage (www.jurnalfootage.net). Salah satu karya tulis kritik filmnya, berjudul “Kisah yang Politis dalam You and I”, masuk dalam daftar 15 besar calon nominasi Kritik Film Piala Citra 2021. Pada Maret 2020, bersama anggota 69 Performance Club dan MILISIFILEM Collective, ia mempresentasikan proyek seni AMBANGAN di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat, Yogyakarta. Tahun 2021, bersama 69 Performance Club, ia membuat karya seni performans berjudul “Mutual Disruption”. Dini juga menulis tentang seni performans dan tulisan-tulisannya mengenai bidang ini dapat dilihat di situs web http://www.performanceart.id. Ia juga mengelola situs web pribadi beralamat di http://www.adanurani.com.
***
Syahidin Pamungkas
IG: @pamungqs
Website: https://bassukarna.wordpress.com/
SYAHIDIN PAMUNGKAS (lahir. 1997) aktif berkegiatan di wilayah keaktoran seni teater. Selama menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada tahun 2016-2018, ia bergabung dengan unit kegiatan Mahasiswa Teater Gadjah Mada. Tahun 2019, ia terlibat sebagai kolaborator dalam sebuah proyek seni “Perjumpan Terencana : ‘Alternatif Pagelaran Musik”yang diinisiasi oleh kelompok Kadang Kala Koperasi, dan keproduksian Teater FKY 2019 sebagai aktor dalam pementasan teater berjudul “Djembatan Gondolaju”. Tahun 2021, Syahidin mulai masuk ke praktik seni lintas disiplin melalui keterlibatannya di “Pesona”, karya koreografer Eka Wahyuni yang dipresentasikan di dalam Helatari Salihara. Saat ini, Syahidin bergabung dengan kelompok studi performans “PROYEK EDISI” yang dibentuk melalui lokakarya performans dengan mentor Otty Widasari yang diselenggarakan sebagai bagian dari Rotten TV Satelit Yogyakarta – Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat. Syahidin dan M. Nuril sebagai alumni UKM Teater Gadjah Mada, diundang untuk menjadi pendamping proses belajar anggota UKM Teater Gadjah Mada periode 2022.
***
Muhammad Dzulqornain
IG: luzd__ & sharelist.id
MUHAMMAD DZULQORNAIN adalah seorang pekerja multi media yang bekerja dan tinggal di Yogyakarta. Memperoleh gelar Sarjana dari Jurusan Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Terlibat dalam beberapa proyek dan produksi film, antara lain “Ngayogjazz 2012” (2012, sebagai Sutradara dan Editor), “arah pulang” (2015, sebagai Penulis Naskah dan Sutradara), “masihkah ada cinta d(ar)i Kampus Biru ” (2016, sebagai Video Artist) dan “dua belas Jam” (2017, sebagai Penulis Naskah dan Sutradara). Pernah bekerja sebagai Koordinator Volunteer Dokumentasi pada Festival Arsip IVAA 2017 – “Kuasa Ingatan”. Pendiri dan pengelola “Sharelist”, sebuah media yang konsen dengan berbagi preferensi musik dan pengalaman mendengarkan. Saat ini bekerja sebagai Manajer Arsip dan Dokumentasi di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat.