
Dalam rangka proyek “Hari Ini Belajar Sejarah”, Syamsul Arifin bersama tim proyek melakukan kunjungan riset beberapa kali ke lapangan untuk meninjau sejumlah sumber mengenai sejarah Trunojoyo, Panembahan Maduratna. Riset ini juga dilakukan untuk mewawancarai tiga orang narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan tentang sejarah Trunojoyo dari perspektif warga lokal.
Riset pertama dilakukan pada tanggal 7 Maret 2022. Syamsul, Fadzil Shufina, Deni Aji, dan Fikril Akbar (selaku tim dokumentasi) berkunjung ke Pababaran, sebuah situs yang konon dianggap sebagai lokasi lahirnya Trunojoyo. Di sana, mereka bertemu dengan salah seorang narasumber, yaitu H. Daiman, seorang pengusaha yang memiliki hobi mengulik sejarah lokal di Madura.
Dengan H. Daiman, tim riset “Hari Ini Belajar Sejarah” mendiskusikan sejarah tentang perjuangan Trunojoyo melawan Kerajaan Mataram. Menurut ceritanya, Trunojoyo menjadi korban muslihat Adipati Anom untuk menyingkirkan Amangkurat I; sehingga tahta Kerajaan Mataram berhasil direbut oleh Adipati Anom yang selanjutnya menjadi Amangkurat II.
Dalam riset tersebut, H. Daiman menjadi narasumber penting dalam konteks bagaimana narasi historis tentang sejarah Trunojoyo dilestarikan dalam tradisi lisan. H. Daiman sendiri mengingat kisah-kisah tersebut dari ayahnya. Fenomena tentang pelestarian narasi historis dalam tradisi lisan merupakan salah satu hal yang dikaji dalam proyek “Hari Ini Belajar Sejarah”.

Pada kesempatan tersebut, tim riset proyek “Hari Ini Belajar Sejarah” juga melihat situs-situs penting di lokasi, di antaranya adalah bangunan tempat dikeramatkannya lokasi peletakan ari-ari Pangeran Trunojoyo.

***
Selanjutnya, riset kedua, dilakukan pada tanggal 9 Maret 2022. Syamsul bersama Bapak Hidayat Raharja dan Fadzil Shufina melakukan kunjungan ke perpustakaan dan kearsipan daerah, yang biasanya dikenal dengan nama Dispusip, di Kabupaten Sampang. Mereka disambut hangat oleh Ibu Nurul selaku pengurus perpustakaan dan kearsipan daerah tersebut. Ia menjadi jembatan komunikasi dan orang yang menghubungkan tim proyek “Hari Ini Belajar Sejarah” dengan Bapak Bustomi, salah seorang narasumber untuk riset mengenai sejarah Trunojoyo.

Saat berbincang dengan Bu Nurul, Syamsul bersama teman-temannya juga sempat meninjau teks-teks tentang sejarah Madura, berjudul Lintasan Sejarah Madura karya Mien A. Rifai yang diterbitkan oleh 1993. Mereka juga sempat membicarakan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak perpustakaan, salah satunya adalah kelas Bahasa Madura.
Setelah bertemu dengan Bu Nurul, tim riset “Hari Ini Belajar Sejarah” melanjutkan perjalanan menuju musholla yang ada di area perpustakaan tersebut, untuk bertemu dengan Bapak Bustomi.

Bapak Bustomi sendiri merupakan seorang budayawan Madura. Beliau juga salah seorang pengajar di kelas Bahasa Madura yang diadakan oleh Dispusip. Kepada Bapak Bustomi, Syamsul, Hidayat, dan Fadzil bertanya tentang sejarah Trunojoyo. Menurut beliau, di Sampang pernah ada sebuah monumen yang konon mirip dengan rupa Pangeran Diponegoro. Sekitar tahun 70-an, monumen tersebut diubah bentuknya menjadi tombak. Lokasi monumen itu sendiri berada di pusat kota Sampang. Kisah mengenai monumen ini merupakan salah satu informasi yang dianggap penting dalam merefleksikan tata ruang kota Sampang, yang mana hal tersebut juga menjadi fokus penelaahan dalam proyek “Hari Ini Belajar Sejarah”.
***
Riset ketiga dilakukan pada tanggal 5 April 2022. Syamsul bersama Deni Aji berkunjung ke sebuah kafe di bilangan Permata Selong, Kabupaten Sampang. Kafe yang bernama Growhab itu dikelola oleh salah seorang teman Syamsul, bernama Firman. Di sana, Syamsul bertemu dengan narasumber ketiga, yaitu Ahmad Kholif Syarif, seorang fotografer yang kerap mendalami sejarah Trunojoyo dari aspek spiritual dan nilai-nilai kearifan lokal di Madura.

Dari obrolan tersebut, tim proyek ini memahami bagaimana narasi historis tentang Trunojoyo mempunyai hubungan yang kuat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, mereka juga bertukar pikiran tentang polemik sosial-politik yang dikira bisa menginspirasi proyek ini dalam kebutuhannya untuk menggarap praktik artistik dan karya-karya yang akan diproduksi.
***
Setelah melakukan riset lapangan (mewawancarai para narasumber terkait), pada tanggal 6 Mei 2022, partisipan dari proyek “Hari Ini Belajar Sejarah” melakukan riset mandiri, baik secara virtual (meninjau beragam informasi di internet) maupun riset lapangan lainnya dengan menelusuri jalanan-jalanan di Sampang, salah satunya adalah Jalan Trunojoyo.
Berikut ini salah satu video yang dibuat oleh Fadzil Shufina ketika melakukan riset di sepanjang Jalan Trunojoyo pada minggu pertama bulan Mei.
Dalam riset tersebut, Fadzil berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tentang siapa Trunojoyo. Pertanyaan ini dilemparkan kepada warga sekitar yang ia temui di sekitar Jalan Trunojoyo tersebut, sekaligus menanyakan kepada warga tentang sejarah dari nama jalan itu sendiri. Dari lanskap Jalan Trunojoyo tersebut, Fadzil menemukan ide tentang para pedagang di pinggir jalan, yang nantinya akan menjadi inspirasi karya tentang sebuah warung nasi bebek yang ada di Jalan Trunojoyo, yang melaluinya kita bisa mempelajari narasi masa lalu.
Menurut Syamsul dan Fadziel, warung nasi bebek tersebut sudah beroperasi selama lebih-kurang 12 tahun, dan dapat merepresentasikan titik sirkulasi dan pertemuan warga. Melalui warung tersebut, kita dapat menghubungkan konteks masa lalu dan masa kini dalam memahami sejarah umum Madura, khususnya dalam lingkup narasi historis Trunojoyo. Menariknya, sebagian besar warga di Jalan Trunojoyo yang ditemui oleh tim proyek “Hari Ini Belajar Sejarah” tidak mengetahui siapa Trunojoyo, selain sebagai “nama” atau “ikon” yang berkaitan dengan tata ruang kota semata. Temuan ini menjadi titik berangkat dalam mengkritisi bagaimana diskursus sejarah bekerja secara terputus-putus, merefleksikan suatu sistem pengetahuan yang tidak seimbang dan ketimpangan arus informasi di tingkat kehidupan sehari-hari warga masyarakat.
Temuan-temuan dari seluruh kegiatan riset ini kemudian dikumpulkan dan didiskusikan kembali oleh tim proyek. Temuan-temuan itu dipilah oleh para partisipan proyek untuk materi pembuatan karya.
***
Teks ini ditulis/dinarasikan secara kolaboratif oleh Syamsul Arifin (partisipan Rimpang Nusantara) dan Manshur Zikri (Kurator Cemeti).