Pengantar | Jadwal dan Lokasi Acara | Fasilitator | Catatan Lokakarya

Body Journey – 100 Tahun Beuys
Sebagai bagian dari perayaan 100 Tahun Beuys, lokakarya Body Journey diprakarsai oleh Goethe-Institut Indonesia dan dikelola bersama dengan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat.
Tanggal Pelaksanaan:
20-21, dan 27-28 November 2021
Lokasi:
Galeri Lorong, RT 01 Dusun Jeblok, Dukuh, 3, Tirtonirmolo, Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55181
Fasilitator:
Iwan Wijono
Partisipan:
Candrani Yulis, Dapeng Gembiras, Deden Ardiansyah, Eka Wahyuni, Faida Rachma, Ignatius Suluh Putra, Lutfi Retno Wahyudyanti, Maria Silalahi, Nisa Ramadani, Pinka Oktafia, dan Wildan Iltizam

Peringatan 100 tahun Joseph Beuys bersama Iwan Wijono
Seperti pernyataan Joseph Beuys “semua orang adalah seniman”, di Nusantara kuno ada anggapan bahwa semua orang adalah seniman karena seni adalah ritual atau aktivitas spiritual sehari-hari. Body Journey ialah salah satu upaya mengupas wacana pemikiran Beuys.
Seni Kontekstual Nusantara diartikan sebagai persembahan karya seni-budaya yang tulus dari hasil pencarian dengan jujur terhormat. Ia mengandung kejelasan makna dengan memunculkan suatu peristiwa dengan seni di tengah pusaran unsur sosial politik, ekonomi, alam-lingkungan, dan spiritual-budaya. Gagasan ini berakar pada pembacaan Iwan Wijono terhadap budaya nusantara lampau yang ditarik dan dikaitkan dengan wacana kontemporer.
Dalam Body Journey, 14 peserta terpilih berkarya menggunakan gagasan Seni Kontekstual Nusantara dalam konteks masa krisis dan pascapandemi. Kesadaran kita akan keseimbangan hubungan manusia dengan masyarakat dan alam menjadi penekanan lokakarya.
Rangkaian lokakarya terdiri dari empat sesi dengan berbagai kegiatan berikut:
- Pemutaran film I Like America, America Likes me dan Show Me Your Wound untuk memahami seni dan kehidupan sang seniman,
- Presentasi materi lokakarya dengan dialog keterhubungan antara wacana 100 tahun Beuys dengan Seni Kontekstual Nusantara,
- Praktik kesadaran tubuh seni; Restrukturisasi tubuh dengan beragam gerak, pernapasan tubuh, meditasi, praktek energi, simulasi, untuk stimulan sensitivitas. Tubuh sebagai kreator, tubuh sebagai media, dan hidup tubuh sebagai ruang tampil dan ruang pamer.
- Pengembangan gagasan dan penciptaan karya baru oleh masing-masing peserta,
- Presentasi dan sesi tanggapan atas gagasan karya.
Pada akhir program lokakarya, masing-masing peserta memproduksi dan memamerkan karya hasil lokakarya. Sebagai bagian dari perayaan 100 Tahun Joseph Beuys, Body Journey diinisiasi Goethe-Institut Indonesien dan dikelola bersama dengan Cemeti – Institute for Art and Society.
Tentang Fasilitator

IWAN WIJONO (lahir di SOLO, 1971) adalah seniman performans yang pada 1990-an dikenal juga sebagai street performer pro-demokrasi dengan (atau tanpa) demonstrasi politik. Ia juga aktif berjejaring dengan berbagai gerakan (seni) pro-demokrasi di berbagai tempat. Selain kesadaran politik, ia memperoleh pemahaman estetis bahwa seni performans dapat dilakukan di mana saja dan tidak dibatasi oleh ruang pameran, publik atau bahkan waktu kegiatan. Ia menempuh pendidikan Seni Lukis di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta (1992–1998) dan lulusan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, dalam bidang Hukum Internasional (1990–1997). Belakangan ini ia fokus mengembangkan karya seni berbasis plastik bersama Indonesian Upcycle Forum, dan juga mengembangkan laboratorium live art melalui berbagai program di ruang publik. Sementara di masa pandemi COVID-19, ia mendirikan Public Kitchen(s) bersama komunitas seniman, serta Public Farm untuk mengembangkan pertanian yang berdaulat dan berkelanjutan.
Catatan Lokakarya
Catatan Lokakarya Body Journey (Bag. 01)
Iwan Wijono memberikan pengantar tentang Seni Kontekstual Nusantara, yang menekankan pentingnya kesadaran aksi, konteks ruang dan waktu, serta pertimbangan atas sejauh mana aksi dapat ditangkap oleh publik.
Lanjut bacaCatatan Lokakarya Body Journey (Bag. 02)
Yang ditekankan Iwan ialah penciptaan karya tidak hanya melulu soal olah gagasan dan medium, tetapi seniman yang menciptakan karya juga harus turut diperhatikan melalui olah tubuh dan jiwa. Hal tersebut penting dilakukan agar proses penciptaan dilandasi dengan kejernihan pikir dan penuh kesadaran.
Lanjut bacaCatatan Lokakarya Body Journey (Bag. 03)
Pada lokakarya hari ke tiga Iwan Wijono sengaja memberikan materi untuk membangun referensi penciptaan karya, lewat media kertas dan alat tulis. Partisipan diminta untuk menuliskan satu kata di dalam kertas secara urut bergantian searah jarum jam.
Lanjut bacaCatatan Lokakarya Body Journey (Bag. 04)
Hari keempat, lokakarya terakhir, melanjutkan pembahasan gagasan setiap partisipan. Iwan Wijono mengarahkan partisipan untuk memfinalisasi ide karya mereka. Lalu setiap partisipan mempresentasikan setiap gagasan karya mereka. Di tengah-tengah proses presentasi, Dimaz menawarkan sesi kunju
Lanjut baca
Pingback: Body Journey – 100 Years of Beuys | CEMETI