33 Tahun Nafas Panjang Cemeti
Comment 1

CEMETI x LUMBUNG MATARAM – 33 Monumen Hidup untuk Ketakterhinggaan Hasrat Kehidupan

Beberapa tahun terakhir istilah ‘ekosistem’ telah digunakan untuk menandai adanya sistem saling merantai di dalam lanskap seni rupa kontemporer. Mengimajinasikan ‘ekosistem’ dalam konteks tersebut sembari mencari koordinat di mana posisi Cemeti di usia ke-33 kerap membuat kami melihat lanskap besar nan pelik, di mana fragmen-fragmen penting dari itu terus menerus diperbincangkan dan diperdebatkan. Peta ekosistem seni rupa kontemporer yang terbayang dan beragam alternatifnya yang tengah dikeluarkan dari karantina utopia sontak kembali terburai dihempas pandemi Covid-19. Usaha untuk menyusun kembali peta ekosistem dan praktik merawat keberlangsungan hidup ekosistem seni rupa kontemporer sempat ditangguhkan, lantaran energi harus dialokasikan pada tubuh dan komponen penopang kebertahanannya. Dari sana, kita belajar bahwa hal-hal yang ada di dalam jagad kecil (tubuh, komponen-komponen penopangnya yang paling dekat baik yang material dan immaterial) juga tak kalah penting untuk disapa dan dirawat beriringan dengan alokasi energi bagi jagad besar ‘ekosistem seni rupa kontemporer’. Keduanya harus terus dipertimbangkan di dalam giat tata kelola dan kuratorial seni sebagai prinsip –meminjam istilah Helly Minarti- “etika merawat”.

Perenungan tersebut menggiring kami untuk melihat sistem saling merantai di dalam praktik sehari-hari yang tak tampak tetapi paling jarang disapa, yakni giat merawat pohon dan tanaman di ruang fisik Cemeti. Kebiasaan yang dibangun oleh dua seniman pendiri dan diturunkan kepada setiap anggota tim Cemeti hingga hari ini. Seperti yang kami cantumkan di dalam publikasi kegiatan “33 Tahun Cemeti x Lumbung Mataram”, pohon dan tanaman-tanaman yang ada di pekarangan Cemeti sebagai ‘monumen hidup’ yang tanpa bersuara telah mengajarkan pada kami proses bertumbuh dan merantai dalam kebermanfaatan. Tak puas diri dengan metafora, kami tergerak untuk belajar dari para praktisi ahli pertanian. Mempertimbangkan ‘etika merawat’ kami merasa tak dapat melangkah secara serampangan untuk mendatangi atau mengundang mereka terlibat secara basa-basi di dalam agenda ini. Untuk itulah tim Cemeti menggandeng sahabat kami, Anang Saptoto, seniman yang juga telah sekian lama bergiat bersama dengan para praktisi ahli pertanian.

Berkat peran Anang Saptoto dan ‘Panen apa hari ini’, kami dapat terhubung dengan tiga kelompok tani kota Yogyakarta; Lumbung Purbayan Kotagede, Lumbung Kampung Markisa Blunyahrejo, dan Lumbung Ngudi Mulyo Pugeran. Keluwesan fasilitasi Anang Saptoto dalam menghubungkan yang tidak terhubung, menyambungkan yang tidak nyambung antara praktik seni dan pertanian, telah membuahkan dua kegiatan di bawah bingkai program  “33 Tahun Cemeti x Lumbung Mataram” yang telah pungkas kami jalankan bulan April 2021 ini. Minitrip, mengajak 33 sahabat Cemeti untuk melakukan anjangsana ke tiga lumbung untuk menjemput 33 bibit pohon dan 99 bibit tanaman pangan pada tanggal 11 April 2021, dan kunjungan balasan perwakilan tiga Lumbung Mataram ke Cemeti dilaksanakan pada tanggal 17 April 2021. Peristiwa bersama pada tanggal 17 April 2021 tersebut ditutup dengan penanaman pohon oleh tiga petani perempuan dari tiap lumbung sebagai ‘monumen hidup dan hubungan’ baru antara Cemeti dan tiga kelompok tani kota Lumbung Mataram. Dua kegiatan tersebut memang telah diselenggarakan dengan sukses dan membahagiakan, tetapi ini kami sadari masih sebatas gestur saling ketuk pintu dan berkenalan. Tim Cemeti berharap keterhubungan ini tidak hanya berhenti pada dua momen tersebut, melainkan berlanjut di dalam dialog dan pertukaran mutualistik yang bergulir dalam berbagai bentuk di masa yang akan datang.

Dua Seniman Pendiri Cemeti (Mella Jaarsma & Nindityo Adipurnomo); Dewan Pembina Cemeti (FX Harsono, Joned Suryatmoko, Alia Swastika, Mella Jaarsma & Nindityo Adipurnomo); Anang Saptoto dan Panen apa hari ini; Saudara-saudara kami di Lumbung Purbayan Kotagede, Lumbung Kampung Markisa Blunyahrejo, dan Lumbung Ngudi Mulyo Pugeran; Sahabat Cemeti pengampu 33 pohon dan undangan Bancakan; Tetangga Cemeti di Rt.14 dan Rw.04 Mantrijeron; pejabat pemangku wilayah Mantrijeron, para sahabat Cemeti yang menyertai dan memberi semangat dalam jarak, dan tak lupa kami sendiri (tim Cemeti yang telah dan masih mengampu proses restrukturisasi), serta Sumber dari segala kehidupan dan semesta raya.


MINITRIP 3 LUMBUNG MATARAM YOGYAKARTA

Minggu, 11 April 2021

Lumbung Purbayan Kotagede

Lumbung Kampung Markisa Blunyahrejo

Lumbung Ngudi Mulyo Pugeran


BANCAKAN DAN PENANAMAN POHON DI CEMETI

Sabtu, 17 April 2021

1 Comment

  1. Pingback: Musim Peralihan Penanda Pungkasan Perayaan Sunyi 33 Tahun Cemeti | CEMETI

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.