Daftar Isi
DAFTAR ISI
Kuratorial | Foto Karya | Esai Pameran | Diskusi Publik | Dokumentasi | Biografi Seniman

Gapura Buwana
Pameran Tunggal Gegerboyo
Kurator :
Manshur Zikri
9 April – 7 Mei 2021
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat
Teks Pengantar
Gapura Buwana memamerkan karya visual Gegerboyo yang sebagian besar digambar pada dinding galeri. Sebagian lainnya, dicetak dan digambar pada kain-kain transparan yang digantung pada posisi berbeda dengan jarak tertentu dari dinding. Untuk membuka peluang penerjemahan baru atas praktik kesenian Gegerboyo, pameran ini menyoroti metode yang, menurut kelompok ini, dilakukan secara “non-sistem”. Dalam arti, menggambar dengan organik, tidak terikat oleh ketentuan baku baik dalam hal komposisi rupa maupun sistem naratif.
Gapura Buwana adalah pengembangan formal dari karya-karya Gegerboyo sebelumnya. Idenya berangkat dari penafsiran Gegerboyo mengenai gerbang: pintu masuk yang membatasi sekaligus menghubungkan dua zona. Ini adalah benang merah yang mengaitkan fokus masing-masing anggota Gegerboyo. Sebagai seniman individu, setiap anggotanya mendalami isu tentang kekuasaan, situs kesejarahan, mitos lokal, rutinitas keseharian, perempuan, dan domestifikasi dengan menjelajahi kemungkinan bentuk dan teknik yang mewakili konsep “perantara”.
Menekankan aksi saling respon gambar antarindividu anggotanya, Gegerboyo menerjemahkan pendekatan tonil, atau juga sandiwara rakyat (yang mengandalkan improvisasi cerita di luar cakupan naskah), namun visual mereka menunjukkan eksperimen yang bersifat anti-naratif: terciptanya lanskap kisah yang menolak alur kronologis, menerabas batas-batas sekuensial gambar, dan memungkinkan suatu artikulasi yang di dalamnya beragam fragmen visual saling menginterupsi satu sama lain; merangsang pemaknaan yang lebih liar di kepala penikmat karya.
Bagaimanapun, Gapura Buwana dikonstruksi sebagai jejak praxis dari usaha Gegerboyo dalam mengomentari perilaku sosial masyarakat dengan mengkombinasikan idiom-idiom visual dari budaya Jawa dan situasi aktual perkotaan kontemporer. Akan tetapi, eksperimen mereka dalam memadukan gambar di dinding dan di kain-kain transparan seolah mengajak kita untuk menikmati karya dengan mengubah modus persepsi dari sekadar melihat gambar di permukaan datar menjadi mengalami gambar dalam volume dan lapis-lapis spasial.
Manshur Zikri
Kurator
Pembukaan
Jumat, 9 April 2021 | 18:30 – 20:00 WIB
*Terbatas untuk 35 orang (registrasi via WhatsApp).
Kunjungan Harian
10 April – 7 Mei 2021
Selasa – Sabtu | 11:00 – 16:30 WIB
4 sesi per hari (kecuali 16, 20, dan 22 April 2021 hanya 2 sesi)
*Tutup tanggal 1 Mei.
*Terbatas untuk 8 orang per sesi melalui registrasi.
Sesi Berbagi
*Terbatas untuk 5 orang per sesi melalui registrasi.
*Registrasi untuk sesi berbagi baru akan dibuka Selasa, 13 April 2021.
Sesi Berbagi 01 – Seniman Wicara: Gegerboyo
16 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB.
– Pembicara: Vendy Methodos, Enka Komariah, Dian Suci Rahmawati, Ipeh Nur, dan Prihatmoko Moki.
– Moderator: Agnesia Linda Mayasari (Direktur Cemeti).
Sesi Berbagi 02 – “Kemungkinan-kemungkinan dari Kontekstualisasi Gambar”
20 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB.
– Pembicara: Agung Kurniawan (seniman), Fajar Wijanarko (arsiparis dan kurator Museum Sonobudoyo), dan Taufiq Nur Rachman (penulis dan peneliti).
– Moderator: Gunawan Maryanto (sastrawan; Teater Garasi).
Sesi Berbagi 03 – “Gambar yang Diperluas: Membaca Nilai-nilai Sosial Gambar”
22 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB.
– Pembicara: Samuel Indratma (seniman), Syafiatudina (kurator; KUNCI Study Forum & Collective), dan Ladija Triana D. (kurator; Kantin Kurasi).
– Moderator: Manshur Zikri (Kurator Cemeti).
Foto Karya Gapura Buwana
Foto Karya














Dokumentasi Gapura Buwana
Dokumentasi Pengerjaan Karya
Dokumentasi Pembukaan

















Dokumentasi foto dan video pembukaan Pameran Tunggal Gegerboyo “Gapura Buwana”, 9 April 2021, Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. (Foto dan Video: Muhammad Dzulqornain)
Esai Pameran
Esai Pameran
Memandang ke dalam Gapura Buwana
Prinsip menggambar secara “non-sistem” yang selama ini telah diterapkan oleh…
Di mana Produksi Visual Gegerboyo?
Bisa dibilang bahwa, “memori fisikal” dari “proses produksi”-lah yang tengah…
Di mana Anti-narasi Visual Gegerboyo?
Dalam konteks gambar Gegerboyo, proses fusi ialah “gambar yang bersekuens”,…
Diskusi publik
Diskusi Publik
Diskusi Publik 01
Wicara Seniman: Gegerboyo
16 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB
Moderator:
Agnesia Linda Mayasari (Direktur Cemeti)
Pembicara:
– Vendy Methodos
– Enka Komariah
– Dian Suci Rahmawati
– Ipeh Nur
– Prihatmoko Moki
Diskusi Publik 02
“Kemungkinan-kemungkinan dari Kontekstualisasi Gambar”
20 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB
Moderator:
Gunawan Maryanto (Sastrawan; Teater Garasi)
Pembicara:
– Agung Kurniawan (Seniman)
– Fajar Wijanarko (Arsiparis dan Kurator Museum Sonobudoyo)
– Taufiq Nur Rachman (Penulis/Peneliti)
Diskusi Publik 03
“Gambar yang Diperluas: Membaca Nilai-nilai Sosial Gambar”
22 April 2021, pukul 15:00 – 17:00 WIB
Moderator:
Manshur Zikri (Kurator; Cemeti)
Pembicara:
– Samuel Indratma (Seniman)
– Syafiatudina (Kurator; KUNCI Study Forum & Collective)
– Ladija Triana D. (kurator; Kantin Kurasi)
Biografi Seniman
Biografi Seniman

Gegerboyo adalah kolektif seniman asal Yogyakarta yang didirikan pada Juni 2017, dan kini beranggotakan lima perupa, yaitu Vendy Methodos, Enka Komariah, Dian Suci Rahmawati, Ipeh Nur, dan Prihatmoko Moki. Memiliki keterampilan gambar yang mumpuni dari masing-masing anggotanya, karya-karya Gegerboyo kerap kali mengkritik dan merefleksikan fenomena sosial dan politik aktual dengan cara mengutip anasir-anasir dari keseharian warga. Eksperimen mereka tidak hanya berfokus pada segi konstruksi naratif dan bentuk-bentuk figuratif, tetapi juga pada upaya mereka dalam menyerap atribut-atribut simbolik adiluhung untuk diartikulasikan secara baru sebagaimana sikap, tingkah laku, atau gelagat warga biasa dalam kekerabatan sosial zaman sekarang.
Gaya ungkap khas Gegerboyo terinspirasi oleh budaya dan tradisi Jawa, serta ruang kota kontemporer. Eksplorasi bahasa visual mereka mencakup elemen-elemen representasional yang digubah secara menyimpang, tapi susunannya masih tetap menyiratkan polemik mengenai politik identitas dan relasi kekuasaan, termasuk juga perihal konflik antara konsep tradisional dan modern. Tak jarang, mereka menggubah figur-figur supranaturalistik pada latar atau lanskap yang terkesan ‘spektral’ dengan susunan yang janggal. Ini merupakan pendekatan lingustik yang menarik dalam menanggapi isu-isu sosial dan politik yang melatarbelakangi narasi pada gambar-gambar mereka.
Gegerboyo telah terlibat di beberapa proyek kesenian nasional dan internasional, antara lain di Art Jakarta Virtual (2020, dipresentasikan oleh kerjasama antara Baik + Khneysser dan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat); Goro-goro Gegerboyo, dalam “Karya Normal Baru”, Biennale Jogja (2020); proyek “International Mural By Mail”, Elisabeth Jones Art Center (2020); Biennale Jogja XV: “Do We Live in The Same Playground?” (2019); Tan Hana Dharma Mangrwa, REDBASE, Yogyakarta (2019); dan Ngabuburit Mural Pancasila, Stadion Kridosono Kotabaru, Yogyakarta (2017).
Pingback: Gapura Buwana | CEMETI
Pingback: Memandang ke dalam Gapura Buwana: Refleksi Artistik atas Eksperimen Formal Gegerboyo | CEMETI
Pingback: Diskusi Publik Pameran Tunggal Gegerboyo: “Gapura Buwana” | CEMETI
Pingback: Di mana Sketsa Visual Gegerboyo? | CEMETI
Pingback: Where are Gegerboyo’s Visual Sketches? | CEMETI