Daftar Isi
DAFTAR ISI
Pernyataan Kuratorial | Panduan Kunjungan | Foto Karya | Esai Pameran | Wawancara Seniman | Biografi Seniman

Reconstructed Biotope
Pameran Kelompok :
Elia Nurvista
Youngho Lee
Kurator :
Manshur Zikri
19 – 30 Januari 2021
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat
*Pengunjung menggunakan earphone / headphone milik pribadi untuk menikmati pameran multimedia dengan aman (Audio port : aux 3,5 mm)
Teks Pengantar
Praktik artistik Elia Nurvista dan Youngho Lee mempunyai antusiasme dalam merepresentasikan migrasi global sumber-sumber daya. Praktik mereka menunjukkan kombinasi yang menyengat antara “kecenderungan ekspositori” dan “aspirasi puitis” dalam menyusun pernyataan-pernyataan politis terkait fenomena atau kejadian-kejadian lintas geografis, memanfaatkan ragam konten yang tersebar di belantara informasi yang semakin menjelma menjadi sumber arbitrari di era teknologis hari ini. “Globalisasi dari kondisi-kondisi material sekaligus ideal”, itulah kisaran isu yang mereka coba selidiki dengan menjelajahi subjek yang berbeda satu sama lain: sementara Elia mengurai sesuatu yang politis di balik [sisa-sisa] makanan, Youngho memetakan ulang apa pun yang eksperimental dari [sisa-sisa] bebunyian.
Migrasi global yang tidak hanya menyoal perpindahan aktif manusia, tetapi juga mencakup tukar-menukar tanpa henti (dan juga tanpa batas) benda mati (komoditas) dan abstrak (gagasan), baik secara aktual maupun virtual. Proses migrasi itu agaknya memengaruhi indra kita ketika menerjemahkan makna dan konteks dari apa-apa yang bermigrasi (dalam hal ini, makanan dan bebunyian). Menanggapi permasalahan itu, penjelajahan artistik Elia dan Youngho pun singgah dan bertemu pada jargon-jargon visual yang merepresentasikan mekanisme dari kerja berbasis data, sistem pengawasan, teknologi digital, dan media sosial di dalam kehidupan masyarakat. Memainkan peran analogis untuk menunjukkan tegangan-tegangan di antara sejumlah oposisi biner (misalnya: global-lokal, Barat-Timur, modern-tradisional, aural-massal, teratur-acak, sintetik-organik), karya mereka memanfaatkan pendekatan materialistik untuk memaparkan imajinasi, memori, wawasan, bahkan stereotipe tentang situasi-situasi yang tak kasatmata tapi tegas menubuh. Dengan orientasi-orientasi demikian, karya-karya mereka mengamini apropriasi dari yang lampau ataupun adopsi dari yang masa kini.
Panduan Kunjungan
Harap baca dengan seksama protokol kesehatan kami sebelum melakukan registrasi kunjungan.
CEMETI – TINDAKAN PENCEGAHAN COVID-19
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat akan dibuka pada 19 – 30 Januari 2021 dalam rangka Pameran Kelompok Elia Nurvista & Youngho Lee: RECONSTRUCTED BIOTOPE. Keselamatan dan kesehatan pengunjung, seniman, mitra, dan tim Cemeti adalah prioritas utama kami. Cemeti akan mengikuti rekomendasi otoritas setempat untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19. Berikut ini adalah tindakan pencegahan yang telah dan sedang kami lakukan untuk tim Cemeti, seniman, mitra, dan pengunjung kami.
Kami memberitahukan bahwa, sejauh ini apabila tim Cemeti mengalami gejala COVID-19, maka diwajibkan untuk tetap berada di rumah dan melakukan Rapid Test atau PCR/Swab Test. Tim Cemeti yang telah bepergian ke luar kota diharuskan untuk mengisolasi diri dan melakukan Rapid Test/Swab Test untuk memastikan tidak adanya penularan sebelum kembali bekerja.
WAKTU KUNJUNGAN & PENDAFTARAN
Selasa – Sabtu
11:00 – 16:30 WIB
Registrasi diwajibkan untuk setiap kunjungan dan semua pengunjung harus mematuhi protokol kesehatan. Silakan registrasi 1 hari sebelum hari kunjungan yang anda inginkan. Registrasi untuk kunjungan di hari yang sama tidak dimungkinkan.
WAKTU KUNJUNGAN
Untuk mengatur jumlah pengunjung di dalam galeri, kami telah menyediakan 4 sesi kunjungan terjadwal pada setiap hari kerja, dengan kuota terbatas untuk 8 orang seperti di bawah ini :
11:00 – 12:00 | 12:30 – 13:30 | 14:00 – 15:00 | 15:30 – 16:30
Tanggal kunjungan :
Selasa, 19 Jan 2021
Rabu, 20 Jan 2021
Kamis, 21 Jan 2021
Jumat, 22 Jan 2021
Sabtu, 23 Jan 2021
Selasa, 26 Jan 2021
Rabu, 27 Jan 2021
Kamis, 28 Jan 2021
Jumat, 29 Jan 2021
Sabtu, 30 Jan 2021
KUNJUNGAN HARIAN
Jika Anda mengalami gejala COVID-19 atau merasa kurang sehat, harap tunda kunjungan Anda sampai kondisi lebih baik.
Akses
- Area Parkir : Sepeda motor di area parkir Cemeti, sedangkan untuk mobil disediakan di tepi jalan sekitar area Cemeti.
- Pintu depan Cemeti akan tetap ditutup. Pintu masuk terdapat di sisi kiri gedung.
Langkah Pencegahan
- Harap ikuti petunjuk dari staff.
- Lakukan pemeriksaan suhu badan menggunakan thermogun sebelum memasuki gedung. Jika suhu Anda mencapai 100,4°F / 38°C atau lebih tinggi, kami akan meminta Anda untuk berkunjung di hari lain.
- Cuci tangan Anda dan gunakan hand sanitizer sebelum memasuki ruang galeri. Fasilitas cuci tangan dan hand sanitizer akan disediakan di pintu masuk.
- Semua pengunjung berusia di atas dua tahun wajib menggunakan face shield atau masker dan harus dipakai selama kunjungan.
- Menerapkan physical distancing. Jaga jarak setidaknya sekitar 1 – 2 meter (6 kaki) dari orang lain.
- Kami telah meningkatkan kebersihan secara signifikan di ruang galeri. Seluruh area yang dapat disentuh dan dipegang oleh pengunjung dan staf, dibersihkan setiap hari secara reguler selama pameran berlangsung.
Untuk mencegah penyebaran virus COVID-19
- Pengunjung menggunakan earphone / headphone milik pribadi untuk menikmati pameran multimedia dengan aman (Audio port : aux 3,5 mm).
- Tidak ada kontak fisik secara langsung dengan karya.
PELACAKAN DATA KONTAK
Seluruh data pengunjung akan disimpan dengan aman tidak kurang dari 1 bulan setelah pameran ditutup dan sesuai dengan persyaratan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.77 tahun 2020. Data yang tidak diperlukan setelah waktu tersebut akan dibuang dengan aman.
Foto Karya
Foto Karya
Elia Nurvista



Savage Noble Series, No. 6 & 7
Digital print on canvas
2018/2019
Refleksi tentang ketaksaan makna suatu objek dalam pertentangan cara pandang antara yang Timur dan Barat, antara yang eksotis dan yang maju. Karya ini adalah sebuah parodi yang mengkritisi standar pengetahuan Barat yang selama ini dianggap mapan. Dengan sengaja menyindir simbologi Renaisans, Elia menambahkan lapisan makna baru seturut dengan wacana kontemporer yang kerap berpaling dari aura magis adikarya, dan lebih fokus menarik konteks isu-isu yang relevan. Seri cetak digital ini bukanlah olok-olok, melainkan representasi aktual tentang kondisi dunia hari ini yang masih dibayangi kekuasaan Barat sejak lama.




Früchtlinge
12 mins 45 secs, color, sound, HD, 16:9
Single channel video animation
2018/2019
Berangkat dari refleksinya mengenai migran dan pengungsi, Elia tiba pada masalah tentang cara pandang; tentang apa yang dianggap “asing” dan ciri khas “eksotis” yang mengikutinya. Animasi ini mewakili upayanya dalam mengilustrasikan suatu sistem adidaya (yang lahir dari buah modernisme; diwakili oleh simbologi mesin) yang menerapkan suatu mekanisme penandaan, atau pelabelan, juga sistem proteksi, sebagai bagian dari sistem kontrol dan eksklusi. Mempertunjukkan alam yang artifisial sama sekali, alam animasi, dan mengacu objek komoditas yang diyakini telah bermigrasi secara global, Elia menawarkan kritik yang begitu subtil terhadap wacana Barat yang telah memberlakukan kategorisasi sosial dan aturan kontrol lintas negara. Video ini adalah sebuah kritik atas isu migran dan pengungsi tanpa menghadirkan atribut-atribut mereka.






The Maladies
12 mins, color, sound, HD, 16:9
Single channel video
2021
Ekses dari imperialisme dan kolonialisme masih terasa jejaknya dalam persoalan sistem produksi komoditas pangan. Dalam pencariannya terkait hal ini melalui rimba internet, Elia menemukan video berjudul “About Banana”, yang merupakan video propaganda pisang sebagai makanan sehat yang dibuat oleh perusahaan pisang United Fruit (1935) supaya orang Amerika lebih banyak mengkonsumsi pisang. Elia menjukstaposisikan persoalan bagaimana pertanian monokultur mengubah lanskap kehidupan dan alam di banyak tempat, melalui cara bertutur yang ditiru dari video aslinya. Dengan mengubah sebuah ekosistem secara artifisial melalui sistem monokultur, video ini menghadirkan makhluk yang biasa direpresentasikan sebagai penyakit/wabah yang dihasilkan dari sistem tersebut sebagai narator utama dalam video ini.














Tropical Repertoire
Fruits and carton/wood boxes installation, barcode (digital print on paper)
2021
Obsesi/ketertarikan Elia terhadap buah-buahan juga memunculkan otokritik bagaimana persoalan eksotisasi muncul, tidak hanya dalam dikotomi Barat memandang Timur. Dengan menyeleksi berbagai tautan perihal buah-buahan yang bertebaran di internet berdasar ketertarikannya itu, mulai dari persoalan buruh agrikultur hingga penggunaan buah sebagai objek, instalasi ini diasumsikan sebagai sebuah bangunan komposisi yang menunjukan kritik akan sistem pangan global sekaligus obsesinya atas buah sebagai sebuah material. Buah-buahan ini disusun dan dilabeli dengan stiker, yang biasanya memuat kode yang tidak mudah dipahami oleh konsumennya, namun di sini stiker tersebut justru merupakan akses konsumen untuk menyelami pengetahuan soal buah, seakan-akan buah-buahan tersebut berkonfigurasi untuk berbicara atas dirinya sendiri.
Youngho Lee




You Are Not Paranoid; Observed Yourself Being Watched
Single channel video, 2 mins 23 secs, 16:9, HD, colour, sound
2018
Video ini, yang merupakan versi kanal tunggal dari proyek yang lebih besar berupa instalasi spasial bertajuk Clinamen – Matter Misprision, menunjukkan upaya dari Youngho Lee dalam menyelidiki bagaimana kita memahami peran media sosial, teknologi, data, dan sistem pengawasan di dalam kehidupan kita. Video ini juga menunjukkan betapa manusia kontemporer yang lekat dengan aktivitas media telah membiarkan aktivitas sehari-harinya ditandai, diikuti, diawasi, dan ditelusuri. Ilustrasi ini menyiratkan bahwa massa terbayang (dalam realitas virtual) maupun populisme dalam kehidupan nyata, sesungguhnya, erat bersanding dengan praktik manipulasi opini dan peluang-peluang pengawasan dari negara atau pihak penguasa, yang memunculkan risiko dalam pembatasan demokrasi. Secara ironis, kemungkinan-kemungkinan dari masyarakat kontrol tersebut justru juga bisa memanifestasikan suatu disfungsi dari perkembangan media itu sendiri. Video ini juga mewakili bagaimana Youngho menyikapi relativitas kemajuan teknologi dan manusia dengan memanfaatkan sudut pandang dari sensibilitas yang berorientasi ketimuran. Jika Timur melihat teknik dan alam sebagai dua hal yang saling berintegrasi ke dalam suatu cita-cita holistik, dunia Barat justru menganggap teknologi dan sains sebagai sarana manusia untuk mengontrol alam.




Epilogue: SORI – Blacksmith’s Anvil
Single channel video, 9 mins 41secs, 16:9, HD, colour, sound
2020
Dalam sejarah musik Barat, mereka berusaha mereduksi bebunyian dalam proses menyempurnakan alat musik. Tapi itu kasus tertentu di dunia, sebagian besar alat musik rakyat di berbagai belahan dunia memiliki proses yang berlawanan. Mereka melakukan segala macam upaya untuk menambahkan bunyi pada instrumen, meskipun tidak perlu tampil dengan not musik. Konsep kebisingan telah berubah seiring waktu. Overtone, yang membuat resonansi harmonis, dulu disikapi sebagai jenis kebisingan dan dianggap menjadi masalah hingga diteorikan secara ilmiah. Di sisi lain, ia juga disebut “suara malaikat”, dan dianggap sakral. Alat musik metalik yang mengandung banyak nuansa digunakan di gereja dan kuil. Pelukis futuris Luigi Russolo memiliki minat besar untuk menghasilkan musik orisinal dengan metal dan mesin. Menariknya, musiknya yang disebut musik noise pertama menampilkan beberapa bunyi metalik buatan. Bunyi metalik dibuat oleh manusia, dan terdengar melampaui berbagai batasan—material metalik digunakan untuk perdagangan, uang, dan senjata. Bebunyian yang dihasilkannya berbeda dari suara guntur, angin, air terjun, sungai, aliran dan dedaunan—bebunyian alam. Derau logam berdampak cukup kuat di pikiran kita—dan terdengar tidak menyenangkan namun sakral—dalam film Oedipus Rex-nya dari Pasolini, bunyi lonceng pembawa pesan dibunyikan dengan informasi yang jahat. Dan dalam puisi The Bells-nya Edgar Allan Poe, lonceng mempunyai bunyi kegelisahan dan kesedihan. Saat kita memikirkan keadaan kita ketika mendengarkan musik, teknologi digital memungkinkan musik tanpa bising. Secara teoritis, kita dapat membuat semua suara menjadi data secara digital dan membuang suara yang berlebihan. Artinya, sekarang kita mendengarkan suara buatan. Ini bukan lagi jenis musik yang sama seperti satu dekade lalu. Dengan kata lain, sekarang kita dapat menyadari betapa pentingnya bebunyian berperan dalam sebuah music justru karena perkembangan teknologi digital.
Jika kita mencoba mengurangi kebisingan lebih lanjut, kebisingan tersebut akan mempengaruhi pikiran lebih jauh. Suara tidak hilang selama masih ada udara. Seperti yang ditulis Luigi Russolo, kita berada dalam kehidupan yang bising sekarang. Tetapi telinga kita bersuka cita karena telinga manusia abad kedelapan belas tidak akan pernah bisa bertahan, karena telinga kita selaras dengan kehidupan modern, kaya akan segala jenis bebunyian. Kita akan mendengarkan dan membuat musik selayaknya Pythagoras menemukan bunyi paron yang indah dan harmonis dan menemukan penyeteman Pythagorean pandai besi. (Deskripsi diambil dari https://kinomusicproject.com/).


Photo studio Project – Episode 1
Single channel video, 4 mins 19 secs, HD, colour, sound
2010
Youngho menunjukkan minat khusus pada studio foto karena mereka mulai terlupakan dengan pesatnya perkembangan media digital. Dalam proses modernisasi Korea, foto keluarga yang digantung di studio foto berfungsi sebagai model keluarga yang ideal, dan fotografer yang berafiliasi dengan studio foto menjalankan peran mereka sebagai media yang mewujudkan citra keluarga bahagia yang ditentukan oleh masyarakat Korea. Youngho, dalam proses melaksanakan Proyek Studio Foto ini, mengunjungi studio foto dan mewawancarai fotografer. Proyek pertamanya melibatkan rekonstruksi studio foto lama bernama “Yoonoo” —masih ada—melalui montase foto dan wawancara dengan pemilik studio. Ia berharap bisa memberi penerangan baru pada toko foto secara umum sebagai media penyebaran ideologi keluarga di masyarakat Korea. (Deskripsi karya diambil dari Arkomedia Distribution Catalogue 2010 – 2011, hal. 60-61).





SOUNDTRACK: Biotope – Temporary Protectorate
Single channel video, 8 mins 9 secs, 16:9, HD, colour, sound
2019
Membingkai perkembangan dari irama musikal Seoul dan Korea Selatan, video ini berupaya mempertanyakan bagaimana apropriasi dan proses peralihan pascakolonial diterapkan pada irama-irama masa kini. Dilatarbelakangi oleh sejarah pertumbuhan industri hiburan sejak Perang Korea, masa-masa ketika budaya tradisional dan gaya kehidupan Korea diinterpretasi, juga tentang perpaduan antara lagu rakyat ataupun instrumen tradisional bangsa itu yang berpadu dengan musik pop Barat, serta sejarah tentang bagaimana pemerintah Korea menggunakan budaya populer untuk tujuan propaganda melalui pembangunan media massa (stasiun televisi dan radio). Video ini adalah bagian dari sebuah riset, penggalian, dan apropriasi citra-citra dan teks-teks dari berbagai arsip, sumber-sumber rekaman dari berbagai koleksi, juga penjelajahan terhadap kekayaan sejarah yang ada pada berbagai publikasi, artefak, serta produk-produk musik dan film yang dibuat dan dikumpulkan sejak periode 1960 hingga 1970-an di Korea Selatan. Melalui video ini pula, si seniman ingin melindungi dan menghidupkan kembali rekaman-rekaman audiovisual tersebut layaknya sebuah biotop yang di dalamnya nada-nada autentik Korea mengacu kota-kota besar yang sibuk.






Pencil of Nox
Photography
Variable dimensions, 5 pieces
2008
Kumpulan foto kolase yang menyuguhkan strata dari berbagai ruang dan waktu, memungkinkan variasi multi-skalar imajinasi. Materi visual yang heterogen dari gambar montase berbasis computer-generated dan Chromakey dari objek, bergabung ke dalam koeksistensi polifonik dengan lingkungan sintetis yang berlapis-lapis. Begitu penonton menyadari bahwa foto-foto ini tidak menggambarkan kenyataan, mereka mungkin akan mulai mencari intensi si seniman dan mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Ini adalah seri foto kolase yang membangkitkan proposal Wolf Wostell yang lebih aneh, tetapi tidak bombastis, melambangkan pemahaman dan tanggapan seniman terhadap lingkungannya. Kota-kota yang digambarkan di sini, seperti megalopolis besar Korea Selatan dan Jerman, tempat-tempat organik yang energik, sementara, begitu cair sehingga tampak berevolusi di depan mata Anda. Ini adalah fluiditas yang memberikan sketsa kasar si seniman mengenai intervensi arsitektural sebuah kebebasan besar–gelembung lembek yang bisa jadi menempel pada blok apartemen, bentuk geometris yang dahsyat mengusulkan sayatan layaknya torehan Matta-Clark di ujung atap pelana yang lusuh. Ini adalah dunia di mana segala sesuatu mungkin terjadi, dunia yang hingar-bingar, terkadang trippy, tempat yang terletak di suatu tempat pada suatu waktu antara sekarang dan nanti.
Exhibition View








Esai Pameran
Esai Pameran
Migrasi Sumber Daya Termediasi; Biotope Budaya Terkonstruksi
Hal yang melandasi hubungan artistik antara Elia Nurvista dan Youngho Lee, yang coba ditarik benang merahnya dalam pameran ini, adalah antusiasme dari praktik mereka yang berusaha merepresentasikan gejala dari migrasi global sumber daya-sumber daya. Beberapa di antara sumber-sumber tersebut telah diteliti sebagai hal-hal kesejarahan, sedangkan yang lainnya cukup sering dipungut sebagai temuan-temuan kontemporer.
Wawancara Seniman
Wawancara Seniman
Biografi Seniman
Biografi Seniman
ELIA NURVISTA lahir di Yogyakarta, memperoleh gelar BFA dari Institut Seni Rupa Indonesia (2010). Ia tertarik mengeksplorasi berbagai medium seni dengan pendekatan interdisipliner dan fokus pada wacana tentang makanan. Melalui makanan, ia bermaksud untuk mencermati isu-isu mengenai kekuasaan, ketimpangan sosial, dan ekonomi global. Elia telah berpartisipasi dalam beberapa kegiatan residensi seniman, antara lain Koganecho Bazaar Artist in Residence, Yokohama (2012), program “Politics of Food” di Delfina Foundation, London (2014), Taipei Artist Village, Taipei (2014), Choreographer’s LAB di Künstlerhaus Mousonturm, Frankfurt am Main (2016), dan satu tahu residensi di Künstlerhaus Bethanien, Berlin (2018-19). Pada tahun 2015 ia menginisiasi kelompok studi makanan, bernama Bakudapan, dengan rekan-rekan dari berbagai disiplin ilmu, terutama antropologi dan filsafat. Bakudapan berjalan dengan prinsip saling melengkapi berdasarkan hubungan persahabatan antar anggota. Bersama Bakudapan, ia melakukan penelitian tentang pangan dalam konteks sosial politik dan budaya. Elia saat ini tinggal dan bekerja di Yogyakarta, Indonesia.
YOUNGHO LEE lahir di Seoul, Korea Selatan, dan meraih gelar Master di bidang Seni Rupa dari Hochschule für Bildende Künste tahun 2006. Praktik artistiknya mengeksplorasi relativitas kemajuan teknologi dan manusia, di mana ide relativitas tersebut berakar pada sensibilitas dan perspektif oriental yang khas. Karya-karyanya mengambil bentuk instalasi film atau video multilayar. Dalam instalasi-instalasinya, ia menggali motif-motif sosiohistoris dari aparatus visual dan merestrukturisasi gagasan kritis tentang fenomena media kontemporer dan kota sebagai teater fantasi yang merangsang sensori akan permainan ruang dan waktu. Karya-karyanya juga berusaha mengidentifikasi hubungan antara media (digital dan analog) dan indra manusia lewat pewujudan model-model lingkungan sinestetik. Sebagai seniman, ia telah berpartisipasi dalam program residensi di Künstlerhaus Bethanien, Berlin, Jerman (2018-2019), Seoul Art Space Geumcheon Residency, Korea Selatan (2016-2017), Asia Culture Center/ACT Creator Residency, Korea Selatan (2015-2016), Kuenstlerdorf Schoeppingen, NRW, Jerman (2011), dan mengikuti berbagai pameran, antara lain di Kunstforum Floesheim, Anita Becker Galerie, Staedelmuseum, Arko Art Center, Daegu Museum, dan Asia Culture Center. Beberapa karyanya juga telah menjadi koleksi permanen di Kunstforum Mainturm, Jerman, dan Museum Nasional Seni Kontemporer, Korea.
Pingback: Reconstructed Biotope | CEMETI