
sebARSIP – Arsip Proyek Pilihan #003: “Change Yourself“
Change Yourself, Irwan Ahmett (2004-2007): Penjedaan yang Reflektif dan Agensi Seniman Menuju Perubahan
ALIH-ALIH MENGGUNAKAN desain sebagai alat promosi produk kapital, proyek seni Change Yourself justru memutar logika fungsi desain komersial menjadi sebuah gagasan artistik.Irwan, dalam proyek ini, mengajak publik menuju kesadaran akan perubahan dalam diri mereka dan menggunakan wahana desain komunikasi visual yang persuasif sebagai alat presentasi.
Tangkapan pandangan mata kita sehari-hari begitu terbiasa mengenal desain sebagai alat promosi produk dan jasa yang bersifat komersial, dalam pengertian selalu berhubungan dengan perdagangan, niaga, konsumerisme, dan tentunya kerangka kapital. Praktik promosi di jalanan dalam bentuk spanduk, papan nama, poster, baliho, dan bendera partai, bahkan billboard dan videotron yang bersifat digital sudah menjadi rutinitas bagaimana teks dan visual—terutama yang memiliki fungsi promosi—mempengaruhi kita secara psikologis, tak terkecuali visual yang kita lihat dalam gawai.
Sedikit mundur dan menilik salah satu arsip proyek Irwan Ahmett yang juga bergelut dengan bidang desain, saya menemukan arsip proyek Change Yourself (2004-2007). Proyek ini adalah proyek pertama Irwan Ahmett yang secara langsung menggunakan interaksi publik sebagai modus artistiknya. Change Yourself telah dipresentasikan di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta selama tiga tahun (2004 – 2007), dan menjadi bagian dalam rangkaian Pameran Omong Kosong di Cemeti tahun 2005.
Selaras dengan gagasan rangkaian pameran Omong Kosong, proyek ini memunculkan cara pandang baru dalam melihat agensi dan metode seniman dalam berkarya, terutama setelah lepas dari genggaman kekuasaan Orde Baru dan kehilangan ‘musuh bersama’. Irwan, dalam proyek ini telah menggunakan modus artistik yang lebih luwes untuk menjangkau publik. Ia merengkuh wilayah-wilayah keseharian yang personal, mengganggu rutinitas yang statis, dan melahirkan pendekatan-pendekatan yang eksploratif dalam gagasan proyek seni Change Yourself.
Irwan Ahmett, dengan mengintervensi psikologi publik menggunakan strategi komunikasi periklanan, rupanya telah menemukan sebuah cara memasuki ruang-ruang privat seluruh partisipan proyeknya. Ia mendedah fragmen-fragmen eksistensial yang personal, terutama yang berhubungan dengan kebiasaan (behavior), perilaku (attitude), dan pola pikir (mindset), kemudian menguraikannya dengan/melalui objek-objek artistik bergaya desain komersial.
Berangkat dari tiga poin di atas, Irwan Ahmett meletakkan agensinya dalam sebuah kerangka kampanye tentang kesadaran antara ruang personal dan publik, yang kemudian ia sebut sebagai “personal public campaign”. Pesan-pesan kampanye itu dimediasi lewat berbagai macam bentuk peta pemikiran, objek keseharian, dan teks-teks pemantik. Ia menerjemahkan sebuah fase dan metode perubahan (before-after) ke dalam sebuah skema personal branding, sekaligus menampilkan kepribadian sebuah lembaga (Rumah Seni Cemeti) dalam sketsa mind map. Selain itu, turut dihadirkan rentetan poster analisa kebiasaan, dan lingkaran-lingkaran biru yang menempel di dinding berisi kumpulan agenda perubahan diri yang diisi oleh penonton pameran. Di area tengah ruang galeri, Irwan menghadirkan performans interaktif dalam bentuk fasilitas potong rambut untuk menawarkan perubahan tampilan fisik pada para pengunjung. Di sebuah tiang rantai area pintu masuk ruang pamer, ia meletakkan teks ‘reduce your ego’. Melalui proyek ini, Irwan menawarkan penjedaan yang reflektif, ‘membujuk’ publik untuk sejenak melihat diri mereka dan merencanakan langkah-langkah kecil perubahan, menemukan cara pandang yang berbeda pada kedirian, dan mengalami berbagai tantangan dalam bentuk kebermainan.
Dalam konteks praktik desain di ranah komersial—atau lebih spesifik periklanan—Change Yourself menggeser kesan tentang fungsi teks dan visual dalam ‘desain’ ke dalam kerangka motivasional kritis yang memberdayakan. ‘Desain’ kemudian menemui eksplorasinya yang baru, mengubah perspektif tentang limitasinya sebagai alat promosi bisnis, tidak lagi hanya digunakan pada konteks produk perdagangan tetapi juga katalisator yang empirik tentang perubahan kepribadian yang eksis.
Agaknya, strategi mempengaruhi publik sebagaimana kerap kita lihat dalam bentuk-bentuk ‘social influence’ pada akun-akun media sosial “motivasional” (seperti di Instagram dan YouTube) yang muncul dalam satu dekade terakhir ini, telah dilakukan lebih dulu oleh Irwan Ahmett bahkan sebelum dunia daring mencapai popularitasnya seperti sekarang. Strategi itu dihadirkan oleh Irwan menggunakan metode persuasif gaya desain pemasaran dan interaksi secara langsung dengan publik. Tentunya, bentuk interaksi hari ini sudah mengalami metamorfosis dan memiliki lapisan retorika yang berbeda dengan kala itu. Lantas, bagaimana bentuk interaksi publik yang dapat kita katakan sebagai modus intervensi hari ini?
Keberadaan dan peran desain hari ini tak pelak sudah memasuki ranah privat kita melalui kantong-kantong media digital. Pernahkah kita mencoba merenungi dampak psikologisnya? Bagaimana dengan peran berbagai konten influensi-influensi di media daring yang mengisi celah-celah motivasi dan eksistensi anak muda hari ini?
Secuplik Tentang Omong Kosong dan Refleksi Kemungkinan Penjedaan
MOMENTUM POLITIK DAN angan-angan tentang demokrasi yang digaungkan di Indonesia kala itu (2004-2007) sangat berkaitan dengan gagasan rangkaian pameran Omong Kosong di Rumah Seni Cemeti (2005). Kerangka gagasan pameran Omong Kosong berangkat dari pembacaan atas kecenderungan seniman generasi 70-an yang seolah ‘menolak’ memunculkan pesan dan tema sosial-politik aktual dalam karya mereka[1]. Kisaran tahun tersebut menjadi titik awal keberangkatan ide-ide tentang kebebasan bersuara yang merebak di berbagai lini sosial sebagai respon masyarakat atas munculnya sistem pemerintahan yang demokratis setelah tidak ada lagi ‘musuh bersama’, rezim Orde Baru. Hal yang serupa barangkali juga terjadi di kalangan seniman dalam konteks menemukan kebebasan mengeksplorasi berbagai metode artistik. Mereka lebih suka ketika karya mereka menampilkan kesan yang tidak terlalu serius dan identik dengan ‘kesenangan’ (fun) dan ‘kebermain-mainan’ (playful).[2]
Mungkinkah dampak psikologis tentang angan-angan demokrasi itu telah melampaui ruang publik dan memasuki ranah pemikiran kita? Kehilangan ‘musuh bersama’ bukan berarti tidak ada musuh, persisnya musuh-musuh itu seolah menjadi lebih sulit diidentifikasi pada celah-celah perkumpulan yang lebih kecil dan pola pikir masyarakat dalam keseharian. Setelah reformasi dan ketika cita-cita demokrasi digaungkan, gejala monopoli yang egoistis mungkin tidak hanya berada pada lanskap partai politik yang berebut kekuasaan, tetapi juga wilayah keseharian dalam konteks ekonomi dan kehidupan sosial bermasyarakat setelah Orde Baru. Saya menduga, situasi inilah yang memantik gagasan Change Yourself di mana Irwan mengajak publik menilik ke dalam diri dan menekan ego menuju perubahan yang lebih positif.
Irwan menyebut dirinya sebagai urban interventionist. Pada proyek Change Yourself, ia menawarkan potensi perubahan-perubahan kecil yang bisa menjadi bagian dari perubahan besar, atau bahkan sebuah revolusi.[3] Agaknya, revolusi dalam konteks ini dapat ditempatkan pada ranah yang lebih personal dengan merelevansikannya pada situasi keseharian kita di ranah sosial yang terkini.
Dalam satu dekade terakhir, kita telah begitu saja menerima berbagai informasi dan influensi lewat dunia daring sebagai suatu hal yang terberi. Kini, mau tidak mau, kita sedang dihadapkan pada sebuah tautan antara dua entitas yang berbeda, tatanan realitas fisik dan media. Keduanya memiliki tatanan dominan yang eksis dan saling mempengaruhi satu sama lain, realitas fisik (luar jaringan) yang masih menggunakan demokrasi ‘semu’, dan realitas media (dalam jaringan) yang ‘seolah-olah’ begitu demokratis. Tak lepas dari konteks kewargaan negara dan ketergantungan kita pada sistem ekonomi yang dominan, pertautan antara kedua tatanan realitas inilah yang membentuk fragmen-fragmen eksistensial pada diri kita secara personal saat ini. Jaringan ritme yang semakin cepat dan deretan informasi dalam bentuk teks dan visual akan selalu hadir dan mengintervensi ranah kita yang paling intim, yaitu psikologi kita sebagai manusia. Jika Irwan dalam proyek Change Yourself dapat mendedah fragmen-fragmen itu, tampaknya upaya menyingkap tabir kebiasaan, perilaku, dan pola pikir kita di masa kini, yang tak lepas dari tatanan sistem dan alur konstruksi yang dominan menjadi begitu memungkinkan. Menyimpan refleksi ini dan menyoroti situasi COVID-19 yang tak menentu, mungkinkah gagasan proyek seni Change Yourself, terutama yang berkaitan dengan penjedaan yang reflektif itu, dapat mengisi ruang-ruang privat dan psikologis kita? Mungkinkah kita, setelah jeda, akan mengalami perubahan sistem berpikir? Angan-angan tentang kebiasaan baru macam apa yang akan mengisi ruang privat dan publik kita nanti? Sejauh mana gagasan tentang New Normal itu dapat terus ditafsirkan melalui imajinasi individu dan atau kolektif bukan penguasa?
Endnotes:
[1] Arsip Cetak Cemeti: Teks Pengantar Kuratorial Pameran Omong Kosong di Rumah Seni Cemeti (2005)
[2] Ibid.
[3] Kanal Youtube IndoArtNow: ‘Irwan Ahmett’, dipublikasikan 19 November 2015, diakses 12 September 2020.
Berkas Arsip Proyek Change Yourself
Berkas Arsip Proyek Change Yourself
(Klik gambar untuk melihat lebih banyak materi arsip!)

Dokumen lainnya