
Dapur menjadi pelarian termanis selama swa-karantina Covid-19. Berbagai resep menjadi eksperimen tanpa akhir. Suatu ketika, sebungkus fosil jeruk limau, kiriman kebun paman di Sukabumi, terancam membusuk di kulkas. Saya teringat pernah di kasih cemcem rambut dari olahan jeruk yang sama, akhirnya saya bertanya cara mengolahnya. Ternyata hasilnya banyak, sampai bisa berbagi ke beberapa teman. Lantas mereka menyarankan untuk terus memproduksi dan menjualnya. Kini, saya turuti saran tersebut, setiap beberapa minggu sekali, saya akan berjam-jam mengolah jeruk di dapur nenek. Mengulik bagaimana membuatnya semakin kental, bereksperimen mengolah ampas cairnya. Menjadi kegiatan tiada akhir yang menyenangkan.