Daftar Isi Ambangan
DAFTAR ISI
Teks Pengantar | Foto Karya | Dokumentasi | Esai Pameran | MILISIFILEM Collective | Biografi

Milisifilem Collective
Ambangan
13 – 21 Maret 2020
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat
Jalan D. I. Panjaitan, No.41, Kelurahan Mantrijeron
Kecamatan Mantrijeron, 55143
Yogyakarta
Pembukaan: 13 Maret 2020, 20.00 WIB | Performans (72 jam): 13 – 16 Maret 2020
Teks Pengantar
DIALEKTIKA SISTEM DAN DISKURSUS tidak berhenti hanya pada pertentangan dikotomis “pusat vs pinggiran”, karena apa yang berada di antara—atau yang mengantarai—kedua jenis zona tersebut, kiranya, mengundang spekulasi mengenai pengetahuan, wawasan, ataupun aktivitas mental lainnya yang belum—atau bahkan rasanya hampir tak mungkin bisa—dirumuskan melalui kerangka pikir yang selama ini bersandar pada rasionalitas dan logika khas pengetahuan modern. Kritisisme semacam ini menggeser fokus kita ke hal-hal yang jarang, belum, atau mungkin tidak bisa dilihat. Hal-hal itu agaknya berada pada area “antara”, atau semacam “zona perlintasan”—seperti ambang pintu yang mengantarai dua ruang. Dengan kata lain: zona ambang. Hal-hal yang dalam konteks ini kita sebut “ambangan”.
Meskipun niskala, tapi jika berhasil dipahami, “ambangan” memiliki potensi yang bukan saja bisa merangsang kemungkinan-kemungkinan baru, tetapi barangkali juga mampu memutasi sistem pengetahuan manusia secara menyeluruh. Namun, alih-alih dimengerti secara definitif dan artikulatif, “hal-hal ambangan” agaknya menjadi sesuatu yang jauh lebih bermakna jika dialami. Bahkan, pada konteks usaha untuk menemukan keberadaan (atau mengalami kehadiran) mereka di dalam proses-proses pedagogis sekalipun, pengalaman non empiris tak jarang juga menjadi basis argumen tentang kesahihan akan keberadaan mereka. Di hadapan seni, bagaimanakah hal ini disikapi sebagai metafora dalam prakarsa estetis? Spekulasi metodis macam apa yang bisa ditawarkan untuk setidaknya memetakan seluk-beluk ambangan yang sulit dirumuskan itu?
Sejak 2003, Forum Lenteng telah menjalankan ruang pendidikan alternatif untuk memproduksi pengetahuan dan membina kemampuan di bidang seni, media, dan film. Terbuka bagi para pegiat dan peminat dengan latar belakang apa pun, khususnya dari kalangan usia produktif, Forum Lenteng terus mengembangkan ruang belajarnya hingga kini menjadi beberapa platform, salah satunya MILISIFILEM Collective (diinisiasi pertama kali tahun 2017). Selain ketat dalam hal kajian sejarah seni tapi juga sangat fleksibel terhadap eksperimen, platform MILISIFILEM Collective menekankan konsep “pengalaman bersama” sebagai fondasi di dalam praktik dan proses belajar (yang juga merupakan proses kekaryaan subjek-subjek di dalamnya) untuk membangun model produksi pengetahuan yang multiarah, demi menciptakan pemahaman yang saling sinambung dan dengan frekuensi yang setara antarpartisipan. Metode belajar—ataupun gaya produksi—berdasar “pengalaman bersama” yang dikembangkan platform ini merupakan salah satu modifikasi dari model-model kerja yang selama ini kita kenal menggunakan pendekatan berbasis komunitas, prinsip gotong-royong, dan ide—bahkan ideologi—kolektivisme; model-model yang kerap dianggap identik dengan kelaziman sosial, tradisi, adat istiadat, dan konvensi masyarakat di kawasan Asia Tenggara.
Dengan menghadirkan simulasi peristiwa-peristiwa seni di dalam proses belajar mereka, para partisipan MILISIFILEM Collective membangun suatu komunikasi kritis terhadap medan seni rupa yang sesungguhnya. Sementara hal itu dilakukan tetap dalam rangka melatih kedisiplinan diri terhadap visual ataupun medium karya, realisasi kegiatan di dalam platform ini diaplikasikan melalui suatu mekanisme hubungan kerja yang sangat organik dan lentur di antara partisipannya. Kelenturan organis tersebut memicu spekulasi dan beragam siasat dalam menghadapi kendala dan kekakuan struktural yang sering kali menghambat progresivitas artistik di dalam kerja-kerja kolektif seni. Dengan sadar memutasi sistem dan konsep-konsep mapan, pengetahuan seni yang diproduksi dan didistribusi oleh MILISIFILEM Collective justru berperan layaknya suatu portal atau ambang batas yang, ketika dilalui, memungkinkan adanya transformasi wawasan pengalaman, keterbukaan perspektif dan cara pikir baru, serta penemuan konteks yang relevan.
Dalam proyek “Ambangan”, MILISIFILEM Collective mencoba memilah dan mengkritisi sejumlah aspek medan seni lewat simulasi kecil yang kali ini dibingkai menjadi sebuah karya seni performans berdurasi 72 jam. Mengutip aktivitas rutin para seniman (anggota MILISIFILEM Collective) sebagai unsur dan faktor utama muatan penampilannya, proyek “Ambangan” bereksperimen dengan ambang batas ketahanan tubuh antara waktu wajar dan tidak wajar, ambang batas pengertian antara ranah produksi dan ranah eksibisi, dan ambang batas pengalaman antara zona presentasi dan zona representasi. Proyek ini menelusuri seluk-beluk hubungan kompleks antara kodrat penonton dan posisi seniman (baik perannya sebagai penampil maupun maknanya sebagai tubuh subjek yang terbingkai dalam performans itu sendiri), tapi sekaligus menawarkan pendekatan dekonstruktif terhadap sistem dari medan sosial dari kesenian dengan memaksimalkan kelenturan dari medium karyanya sendiri, yang dengan demikian mewakili orientasi lainnya dari proyek ini: mendekati ambang kemungkinan dari eksperimen seni performans.
Kurator
Anggraeni Widhiasih & Prashasti Wilujeng Putri
Seniman
Alifah Melisa, Dini Adanurani, Maria Christina Silalahi, Maria Deandra, Niskala Hapsari Utami, Pingkan Polla, Raras Umaratih
Foto Karya
Foto Karya
Proses Performans (72 Jam)




























Exhibition View







Dokumentasi Pembukaan
Dokumentasi Pembukaan

















Dokumentasi foto Pembukaan Presentasi Proyek Seni Ambangan, 13 Maret 2020, Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. (Foto: Muhammad Dzulqornain)
Esai Pameran
Esai Pameran
Membaca Ulang Perjalanan, Menjalin Kemungkinan
Esai Kuratorial
oleh Anggraeni W. & Prashasti W. P.
Interaksi yang terus terjadi antara segala unsur yang menjalin kehidupan telah membangun dialognya sehingga keberadaan proses tawar-menawar menjadi sebuah keniscayaan. Ada kalanya hal, semacam itu mengantarkan kita pada situasi di antara, sebagaimana sebuah ambang pintu mempertemukan satu ruang dengan ruang lainnya, zona yang tidak definitif dan terus membuka peluang terhadap kemungkinan transformasi.
Milisifelm
Tentang MILISIFILEM Collective

Platform yang dibentuk Forum Lenteng pada September 2017 yang secara khusus mendalami praktik-praktik produksi visual, baik secara teknis maupun konteks yang terkait dengan persoalan sosial budaya terkini. Secara reguler, MILISIFILEM Collective menyelenggarakan pelatihan tentang dasar dasar visual secara lintas disiplin, menggunakan pendekatan yang partisipatoris dan kolaboratif. Para partisipan menjelajahi berbagai kemungkinan eksperimentasi visual, serta membangun kedisiplinan kolektif dalam memproduksi karya-karya visual. MILISIFILEM Collective secara khusus melibatkan partisipan untuk mendalami aktivisme seni dan budaya dalam rangka menghadapi tantangan perubahan zaman.
Profil Seniman
Biografi Seniman
Alifah Melisa (Jakarta, 13 April 1993), lulusan Program Studi Cina Universitas Indonesia. Pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan asing, tapi kemudian memutuskan untuk keluar dan memilih menjadi freelancer di berbagai festival kebudayaan dengan memilih divisi sebagai relasi media dan liaison officer. Sekarang sedang mempelajari bahasa Jerman serta aktif di MILISIFILEM Collective (Forum Lenteng).
Dini Adanurani (Jakarta, 6 September 1998), tengah menjalani studinya di program studi Filsafat, Universitas Indonesia. Ia adalah seorang penulis, pembuat film, dan penerjemah lepas. Pernah merancang UI Film Festival sebagai Direktur Festival, dan bermain sambil belajar visual di MILISIFILEM Collective. Kunjungi blognya di https://jesuismager.wordpress.com/
Maria Christina Silalahi (lahir di Jakarta, 31 Mei 1993) lulus dari Departemen Kriminologi, Universitas Indonesia pada tahun 2018. Sejak saat itu, ia belajar praktik eksperimentasi visual di MILISIFILEM Collective. Sempat tergabung sebagai salah satu pengurus Forum Lenteng untuk program AKUMASSA. Kunjungi blognya di https://milisimaria.wordpress.com/
Maria Deandra (Jakarta, 11 Februari 2000), adalah mahasiswi jurusan Film dan Televisi di Institut Kesenian Jakarta. Saat ini ia tergabung aktif sebagai seniman dalam platform MILISIFILEM dan 69 Performance Club yang diinisiasi oleh Forum Lenteng.
Niskala H. Utami (Jakarta, 25 Agustus 1998), mahasiswa jurusan film di Universitas Multimedia Nusantara, seorang seniman, pembuat filem, dan penulis. Bergabung dengan MILISIFILEM Collective sejak 2018, dia aktif di bidang seni dan film lainnya, sudah bekerja sebagai narahubung, penerima tamu, maupun jurnalis.
Pingkan Polla (Magelang, 3 April 1993), seniman yang berfokus pada seni performans dan seni rupa. Anggota Forum Lenteng sebagai seniman dan peneliti di MILISIFILEM Collective dan 69 Performance Club. Ia memulai praktik artistiknya semenjak tergabung dalam proyek seni AKUMASSA-Diorama dengan melakukan observasi visual terhadap diorama-diorama yang ada di Museum Nasional. Pengetahuan itu kemudian berkembang ke arah seni performans semenjak ia tergabung dalam platform 69 Performance Club. Karya-karya seni performans-nya berfokus pada studi tubuh dan kerja, media sosial, dan studi atas performans di ruang privat hingga ruang publik. Pada tahun 2019, ia sempat melakukan residensi di Bangsal Menggawe di Pemenang, Lombok Utara, dan melakukan riset tentang persinggungan antara seni pertunjukan dan seni performans. Selain itu, ia pun telah mengikuti residensi di Bulukumba, dalam rangka Makassar Biennale 2019.
Raras Umaratih (Malang, 5 Juni 1999), seorang seniman yang sedang kuliah jurusan Seni Murni di Weißensee Kunsthochschule, Berlin, Jerman. Tahun 2018, ia aktif di MILISIFILEM Collective.
Anggraeni Dwi Widhiasih (Sleman, 1993) adalah seorang kurator, penulis, seniman yang berdomisili di Jakarta. Setelah menamatkan studi Hubungan Internasional di Universitas Paramadina, ia menjadi anggota aktif di Forum Lenteng dan terlibat dalam MILISIFILEM Collective. Sebagai sebuah produk audiovisual, bagi Anggra, film memiliki keterhubungan erat dengan persoalan sistem di masyarakat, teknologi media, produksi pengetahuan dan aspek kepenontonan. Hal-hal ini pun yang kerap muncul dalam kerja-kerja keseniannya, baik dalam bentuk kuratorial, tulisan maupun karya visual. Selain aktif dalam skena seni dan film, ia juga terlibat dalam platform eksperimen ekonomi bernama Koperasi Riset Purusha dan Prakerti Collective Intelligence.
Prashasti Wilujeng Putri (Jakarta, 1991) adalah seorang seniman dan manajer seni. Ia seorang lulusan Kriminologi, Universitas Indonesia. Penari dari Komunitas Tari Radha Sarisha dan Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah. Ia memulai proses artistiknya sendiri sejak bergabung di 69 Performance Club pada 2016. Ia pernah melakukan residensi di Silek Art Festival di Solok, Sumatera Barat pada 2018, melakukan riset tentang silek (silat) dalam kehidupan tubuh-tubuh kontemporer. Hasil residensinya berupa karya video, dan dilanjutkan dengan karya performance yang dibawakan di Ilmin Museum of Art, Seoul, Korea Selatan. Karya-karyanya yang lain fokus pada soal tubuh yang didefinisikan dan dibentuk oleh masyarakat, dan bagaimana seni performans bisa merekonstruksi hal itu.