"Lokakarya", Ingatan Bergegas Pulang

Lingkar Baca

English | Indonesia

LINGKAR BACA

Program Pendukung Produksi Pameran Tunggal Suvi Wahyudianto

14 – 30 November 2019, Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat, Yogyakarta

DALAM RANGKA MENDUKUNG proses kerja penciptaan Suvi Wahyudianto untuk proyek pameran tunggalnya di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat pada bulan Desember tahun 2019 mendatang, Tim Cemeti menyelenggarakan seri pertemuan yang diberi nama “Lingkar Baca”. “Lingkar Baca” ini dari sisi seniman dianggap menjadi sistem pendukung yang memperkaya wawasan si seniman, demi membangun perspektif yang lebih terfokus. Sementara dari sisi Cemeti, “Lingkar Baca” ini menjadi metode partisipatoris untuk menyelami khasanah pikir dan praktik si seniman, serta menjadi metode partisipatoris untuk memahami konteks dan membingkai sejumlah persoalan terkait, yang selama ini menjadi perhatian si seniman dalam berkarya.

“Lingkar Baca” ini diawali dengan beberapa percakapan antara Suvi Wahyudianto, tim Cemeti, dan Muhammad Abe (peneliti yang diundang bergabung di dalam proyek ini). Pada percakapan pertama, Suvi berbagi tentang kekaryaan, catatan-catatan residensi Rimpang x Kelana di Pontianak, Kalimantan, dan gagasan awalnya untuk pameran ini. Percakapan berlanjut di studio Suvi, di mana ia menunjukkan beberapa karya terdahulu, karya yang masih dikerjakan, sketsa, dan skema gagasan. Di beberapa pertemuan selanjutnya, Suvi menunjukkan beberapa buku dan artikel yang menjadi bagian dari referensinya dalam mendekati hal yang ia baca ulang melalui perspektif baru di dalam pameran tunggalnya ini. Suvi meminta Tim Cemeti untuk membantunya membaca ulang buku-buku tersebut. Selain untuk mengkritisi dan mengelaborasi berbagai perspektif atas bahan bacaan tersebut, Suvi sendiri mengaku tidak sanggup membaca beberapa bagian karena isinya memanggil pulang ingatan dan membuatnya kembali bergulat dengan traumanya.

Buku-buku yang diajukan Suvi untuk dibaca dan dikritisi bersama di dalam “Lingkar Baca” ini, antara lain Race, Islam and Power: Ethnic and Religious Violence in Post-Suharto Indonesia karya Andreas Harsono (Monash University Publishing, 2019), Zaman Edan: Indonesia di Ambang Kekacauan (Judul asli: In the Time of Madness – Indonesia on the Edge of Chaos) karya Richard Llyod Parry (PT Serambi Ilmu Semesta, 2008), dan Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis Madura ke Kalimantan Barat karya Hendro Suroyo Sudagung (Institut Studi Arus Informasi, 2001).

Selain tentunnya melibatkan Suvi Wahyudianto (seniman) dan tim kerja Cemeti, “Lingkar Baca” ini juga melibatkan tiga orang pendukung lainnya. Nindityo Adipurnomo (seniman) sebagai pembaca dan juga mitra bertukar untuk mengembangkan metode kerja seni berbasis riset. Muhammad Abe (peneliti, sejarahwan, aktor) yang memberikan navigasi dalam mengkritisi narasi-narasi sejarah yang dibaca, mempertajam perspektif seniman dalam mengkontekstualisasikan wacana yang akan dihadirkan di dalam pameran, serta nantinya mengelaborasi catatan-catatan penting dari proyek pameran ini ke dalam teks. Anne Saka (peneliti, penulis) turut bergabung sebagai pembaca yang mendukung pembacaan kritis terhadap wacana etnisitas dan elaborasi metode penelitian autoetnografi yang secara tidak langsung juga dilakukan oleh Suvi Wahyudianto di dalam proses kerja pameran tunggalnya ini.

Lingkar Baca telah berlangsung tiga kali di Cemeti.Buku Andreas Harsono berjudul Race, Islam and Power: Ethnic and Religious Violence in Post-Suharto Indonesia dibahas pada pertemuan pertama yang diadakan pada hari Kamis, 14 November 2019. Pembacanya antara lain Linda Mayasari (Direktur Cemeti), Ika Nur Cahyani (Manajer Operasional Cemeti), dan Nindityo Adipurnomo (Pendiri/Anggota Dewan Pembina Cemeti). “Lingkar Baca” pertama ini diawali dengan presentasi dari Suvi  Wahyudianto mengenai praktik kekaryaannya secara umum, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan sejumlah bab dalam buku oleh masing-masing pembaca. Pembahasan berkisar pada fenomena konflik di Kalimantan, khususnya di lokasi Sambas, isu kekerasan terhadap kelompok masyarakat Cina tahun 1967, revitalisasi suku Dayak, dan identitas perempuan Madura.

Pertemuan kedua diadakan pada Sabtu, 23 November 2019. Zaman Edan: Indonesia di Ambang Kekacauan(Judul asli: In the Time of Madness – Indonesia on the Edge of Chaos) oleh Richard Llyod Parry dibaca dan dipresentasikan oleh Muhammad Dzulqornain dan Linda Mayasari. Selain membahas konten yang terdapat di dalam buku, yaitu terkait sejarah kekerasan di kisaran tahun 1997-1999, diskusi juga bergulir ke perbincangan tentang pengalaman-pengalaman Suvi yang sifatnya lebih personal, yang jika dipetakan lebih jauh, berkaitan secara tidak langsung dengan peristiwa konflik sosial yang berlangsung antara tiga kelompok masyarakat di daerah-daerah migrasi di Kalimantan. Diskusi pada pertemuan kedua ini menjadi semacam titik balik untuk meninjau fokus isu kekerasan melalui sudut pandang alternatif, yaitu lewat pendekatan refleksi-diri dari perspektif si seniman sendiri.

Pertemuan ketiga diadakan pada hari Sabtu, 30 November 2019, dengan pembaca Linda Mayasari, Ika Nur Cahyani, Nindityo Adipurnomo, dan Anne Shakka, membahas buku Hendro Suroyo Sudagung berjudul Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis Madura ke Kalimantan Barat. Diskusi diawali dengan pembahasan oleh Linda Mayasari tentang latar belakang penelitian buku ini, kemudian dilanjutkan oleh Ika Nurcahyani tentang ringkasan demografi penduduk Madura dan Kalimantan Barat. Lalu, pemaparan oleh Nindityo Adipurnomo tentang bab yang menjelaskan kehidupan masyarakat Madura di Kalimantan Barat (darisegistatistis), serta faktor-faktor yang memunculkan fenomena migrasi swakarsa ke pulau tersebut. Materi terakhir disampaikan oleh Anne Shakka, yaitu tentang bab-bab yang menjelaskan hubungan sosial para migran Madura dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya di Kalimantan Barat. Pada sesi terakhir tersebut, para peserta diskusi mengkritisi sudut pandang penulis buku yang masih terjebak pada bias sehingga kurang objektif dalam mengurai isu konflik etnis di Indonesia.

Dengan bekal pengetahuan hasil elaborasi pada tiga pertemuan Lingkar Baca tersebut, di awal bulan Desember 2019, Suvi Wahyudianto kembali fokus pada kegiatan produksi karya lukis dan instalasi objek untuk pameran tunggalnya. Alih-alih membingkai isu-isu besar yang telah banyak diulas dari sudut pandang akademis, Suvi justru mengambil sudut pandang lain dalam menelusuri persoalan tentang pengalaman kekerasan. Mendayagunakan sejumlah temuan yang didapat ketika melakukan residensi Rimpang Nusantara x Kelana ke Kalimantan pada bulan Juni-Juli 2019, penjelajahan artistik yang dilakukan oleh Suvi kemudian menitikberatkan studi kasus pada memori-memori personal yang ia miliki, dan layaknya penelitian yang menggunakan pendekatan autoetnografi, Suvi mempelajari pengalaman ketubuhan dan psikologis dirinya yang selama ini menerima terpaan wacana kekerasan, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial yang lebih luas. Metode ini menjadi cara lain untuk mengungkai kemungkinan-kemungkinan puitik dari isu-isu tersebut sebagai bagian dari usaha produksi wacana alternative melalui ranah kesenian.


Tim Lingkar Baca terdiri dari:

Suvi Wahyudianto (Seniman proyek pameran tunggal), Muhammad Abe (Peneliti/Sejarahwan yang mendampingi, menulis catatan-catatan penting, dan bingkai pameran), Anne Shakka (Peneliti, Penulis yang akan berkontribusi pada buku/katalog pasca proyek), Nindityo Adipurnomo (Seniman, Pendiri/Dewan Pembina Cemeti sebagai mitra diskusi) dan tim Cemeti: Manshur Zikri (Manajer Artistik Cemeti), Dimaz Maulana (Manajer Program Cemeti), Muhammad Dzulqornain (Manajer Arsip & Desain Cemeti), Ika Nurcahyani (Manajer Operasional Cemeti), dan Linda Mayasari (Direktur Cemeti)