"Kabar Teman Rimpang", Polewali Mandar, RIMPANG NUSANTARA
Leave a Comment

Motangga: Nelayan Telur Ikan Terbang

English | Indonesia

Kebetulan ketemu dengan bapak ini saat gagal ketemu ulama. Yang juga tukang perahu, tapi juga nelayan motangga atau nelayan telur ikan terbang. Pak Anwar Amiludin.

Dari ngobrolin cara berburu telur ikan terbang, sampai tempat keramat di laut yang sering makan korban. Motangga jadi tradisi di sini, biasa bulan ke lima hingga delapan saat angin timur.

Pak Anwar menjelaskan, dari awal, sebelum berangkat, pakai ritual (kuliwa), di alat tangkapnya juga dibaca-bacakan doa. Alat tangkap telur ikan terbang ada dua macam: buaro (bubu) yang ditutupi janur, juga epeq-epeq (bambu yang diberi janur/daun kelapa yang dihilangkan tulangnya), jadi tempat bertelur ikan. Biasanya, dikasih wangi-wangian/minyak baqdoq. Buaro, sebelum dimasukkan ke air, diasapi dengan kemenyan (bakar menyan) dan didoa-doakan.

Ikan terbang di sini disebut ikan mara’dia (ikan raja) atau tuing-tuing. Katanya, kucing gak mau. Katanya juga, pakai mantra biar ikannya bertelur banyak (buat merangsang). Mantra wajib. Bapaknya ketawa-ketawa saat mau ngasih tahu mantranya [ke saya]. Awalnya gak mau tapi nyebut pakai bahasa Mandar. Diterjemahkan oleh masnya [yang mendampingi kami]: ‘Si lebat bulunya,’ sambil ketawa. Memang, yang menarik dari motangga ini, dari cerita Mas Ridwan (Instagram @ridwanmandar), nelayan biasa pakai mantra porno.

Foto: Ipeh Nur (Diakses dari Instagram @ipehnurberesyit).
Foto: Ipeh Nur (Diakses dari Instagram @ipehnurberesyit).
Foto: Ipeh Nur (Diakses dari Instagram @ipehnurberesyit).

Pak Anwar ini juga menjelaskan sedikit tentang perbintangan (untuk navigasi). Ilmu warisan orang tua, katanya. Pengetahuan dasar para nelayan. Jadi, tanda, misal bintang rumah (boyang kepang): ‘akan datang angin kencang’, dll.

Ada pantangan/pamali saat melaut juga (menjadi kepercayaan hingga saat ini): tidak boleh meludah, menyebut hewan kaki empat (kecuali disimbolkan), dll.

Ada juga pantangan melaut hari jumat. Sudah banyak kejadian nelayan hilang karena melanggar.

Katanya juga, [jangan] sering lewat tempat keramat yang biasa dilewati motangga. Ada tempat yang dipercaya paling keramat, taka bakka: cuma kelihatan seperti pasir di tengah-tengah laut, ada batu besar-besar +/- 5m2, dan taka bassi (Selat Makassar). [Di situ] sering kejadian nelayan hilang. Kalau lewat [sana], baca-baca doa.

Saat tak tanyain, “Gimana taunya lokasi itu…?”, dia bilang: sekarang sudah ada GPS. Katanya, GPS baru pakai tahun 2018 kemarin. Sebelumnya, pakai kompas (lalu dia memperlihatkan kompasnya). WOW!

Dan banyak lagi obrolan tentang pengalaman melautnya. Super!

by

IPEH NUR menetap dan bekerja di Yogyakarta. Dia lulus dari Jurusan Seni Grafis, Institut Seni Indonesia. Kebanyakan karyanya merupakan ilustrasi hitam putih di atas kertas. Ipeh juga berkarya dengan menggunakan teknik dan media lain, macam sablon, etsa, mural, dan patung dari resin. Ipeh mengikuti berbagai pameran kelompok, antara lain 80 nan Ampuh, Bentara Budaya Yogyakarta (2019), Waktu dan Ingatan Tak Pernah Diam, IVAA, Yogyakarta, Pressing Matters, Framer Framed, Amsterdam (2018), Beyond Masculinity, Ark Galerie, Yogyakarta (2017), dan The 1st Jogja Miniprint Biennale, Museum Bank Indonesia Yogyakarta dan Mien Gallery, Yogyakarta (2014). Di tahun 2018, Ipeh mengadakan dua kali pameran tunggal masing-masing berjudul Salimah di REDBASE dan Banda di Kedai Kebun Forum.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.