"Kabar Teman Rimpang", Lhokseumawe, RIMPANG NUSANTARA
Comment 1

Makam Putroe Neng

English | Indonesia

Makam Putroe Neng, bernama asli Nian Nio Lian Khi, terdapat di pinggir jalan besar antarprovinsi, area Lhokseumawe. Juru kunci makam (Nenek Qamariyah, menggantikan suaminya yang mangkat 2015) berkisah bahwa dulu, pengunjung berfoto di makam ini, sering ada sosok perempuan astral yang diduga penjelmaan Putroe Neng. Kisah foto ini cukup populer, tapi saat saya cari dan tanya-tanya, tak ada yang menyimpan cetakan foto tersebut.

Foto: Ferial Afiff (diakses dari Instagram @alebutoh).

Kerajaan Lamuri saat dipimpin Maharaja Indra Sakti, diserang angkatan perang Tiongkok (konon 1100-1200-an M) dibawah seorang panglima perempuan Nian Nio Lian Khi. Lamuri dibantu Peureulak, untuk mempertahankan diri. Peureulak menang dan Nian Nio Lian Khi beserta sisa pasukannya tertawan. Rombongan Peureulak dipimpin Meurah Johan, lantas mengislamkan kerajaan Lamuri. Nian Nio Lian Khi masuk Islam dan mendapatkan gelar Putroe Neng, serta menjadi istri kedua Meurah Johan.

Dirangkum dari buku 101 Puteri Melayu, diterbitkan Jabatan Muzium & Antikuiti, Malaysia.
Foto: Ferial Afiff (diakses dari Instagram @alebutoh).
Foto: Ferial Afiff (diakses dari Instagram @alebutoh).

Kisah di atas tak populer; Putroe Neng lebih tenar sebagai “pemakan 99 kemaluan lelaki”. Masih dengan latar panglima dari Tiongkok yang kalah tempur dan tak bisa pulang karena kapalnya dibakar. Pada versi ini, dikisahkan bahwa beliau menikah 100 kali, namun selama 99 kali suaminya tewas setelah malam pertama, keracunan vagina Putroe Neng. Dalam kisah tersebut, Meurah Johan adalah korban pertama. Suami keseratuslah yang selamat, bernama Syah Hudan atau Syekh Abdullah Kanan dari Peureulak, dia seorang ahli menetralisir racun.

Foto: Ferial Afiff (diakses dari Instagram @alebutoh).
Foto: Ferial Afiff (diakses dari Instagram @alebutoh).

by

FERIAL AFFIF adalah seniman fleksibel yang telah aktif berkarya lebih dari 10 tahun. Saat ini ia berdomisili di Yogyakarta. Pola karyanya tak punya batasan maupun gaya tertentu, secara artistik dia kerap beralih-peran sebagai fasilitator/kurator/penulis/peneliti/produser/dsb. Dia senantiasa penasaran. berhubungan dengan orang lain serta kondisi kehidupan yang menyertainya, terutama tema lingkungan/gender/sejarah. Karyanya sempat hadir di berbagai kota di Indonesia dan negara lain seperti: Singapura,Myanmar, Jepang, Korea Selatan, India, Sri Lanka, Madagaskar, Switzerland, dan sebagainya, Ferial sejak 2012 menjadi anggota Lifepatch, sebuah inisiasi warga dalam seni-sains-teknologi. Sejak 2018 bersama Putri Wartawati, Ridwan Rau Rau, dan Yayasan Lingkar Semanggi (Tangerang) menginisiasi Expedition Camp sebuah forum temu dan berbagi per dua tahunan bagi para praktisi performans se-Asia.

1 Comment

  1. Pingback: The Tomb of Putroe Neng | CEMETI

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.