Makam Putroe Neng, bernama asli Nian Nio Lian Khi, terdapat di pinggir jalan besar antarprovinsi, area Lhokseumawe. Juru kunci makam (Nenek Qamariyah, menggantikan suaminya yang mangkat 2015) berkisah bahwa dulu, pengunjung berfoto di makam ini, sering ada sosok perempuan astral yang diduga penjelmaan Putroe Neng. Kisah foto ini cukup populer, tapi saat saya cari dan tanya-tanya, tak ada yang menyimpan cetakan foto tersebut.

Kerajaan Lamuri saat dipimpin Maharaja Indra Sakti, diserang angkatan perang Tiongkok (konon 1100-1200-an M) dibawah seorang panglima perempuan Nian Nio Lian Khi. Lamuri dibantu Peureulak, untuk mempertahankan diri. Peureulak menang dan Nian Nio Lian Khi beserta sisa pasukannya tertawan. Rombongan Peureulak dipimpin Meurah Johan, lantas mengislamkan kerajaan Lamuri. Nian Nio Lian Khi masuk Islam dan mendapatkan gelar Putroe Neng, serta menjadi istri kedua Meurah Johan.
Dirangkum dari buku 101 Puteri Melayu, diterbitkan Jabatan Muzium & Antikuiti, Malaysia.


Kisah di atas tak populer; Putroe Neng lebih tenar sebagai “pemakan 99 kemaluan lelaki”. Masih dengan latar panglima dari Tiongkok yang kalah tempur dan tak bisa pulang karena kapalnya dibakar. Pada versi ini, dikisahkan bahwa beliau menikah 100 kali, namun selama 99 kali suaminya tewas setelah malam pertama, keracunan vagina Putroe Neng. Dalam kisah tersebut, Meurah Johan adalah korban pertama. Suami keseratuslah yang selamat, bernama Syah Hudan atau Syekh Abdullah Kanan dari Peureulak, dia seorang ahli menetralisir racun.


Pingback: The Tomb of Putroe Neng | CEMETI