"Kabar Teman Rimpang", Kota Sabang, RIMPANG NUSANTARA
Comment 1

Benteng Inong Balee

English | Indonesia

Catatan “Bermukim” Rimpang Nusantara dari Krueng Raya, Aceh.

Benteng Inong Balee, titik pertahanan strategis, karena bisa memandang luas ke arah Teluk Krueng Raya dan gerbang menuju Selat Malaka. Sementara, yang dari bawah/laut tak bisa melihat posisi benteng ini, karena nyempil di antara jajaran tebing menjulang. Benteng ini juga konon pusat dukungan logistik laut Kesultanan Aceh.

Sisi kiri merupakan Teluk Krueng Raya. (Foto: Ferial Afiff; diakses dari Instagram @alebutoh)
Sisi kanan merupakan gerbang menuju Selat Malaka. (Foto: Ferial Afiff; diakses dari Instagram @alebutoh)

Inong, ‘perempuan’ dan Balee, ‘janda’. Awal saya dengar keperkasaan pasukan ini ialah sewaktu perjalanan bareng Lifepatch (2017) menelusuri SSMXII, yang mempertemukan saya dengan anak perempuannya: Lopian Sinambela. Dia punya pasukan inong-inong yang terhubung dengan pasukan Inong Balee.

Foto: Ferial Afiff
Foto: Ferial Afiff

Saya sempat bertanya ke beberapa orang: apakah hanya balee (‘janda’) yang bisa tergabung dalam pasukan Inong Balee? Mengingat Boru Lopian bukan janda, dan saat gugur (bersama SSMXII), usianya pun masih belia.

Jawaban beberapa orang tidak literal, tapi tetap ‘janda’. Karena, dalam kondisi konflik, para lelaki mencari ke sana-ke mari, hingga di pemukiman hanya ada perempuan, entah anak, adik, ataupun para istri tadi.
Jawaban yang = kepepet. Seolah, “Ah, ga ada laki, nih! Kepaksa, tempur, yuk, kita, Sis!”

Foto: Ferial Afiff
Foto: Ferial Afiff

Laksamana Keumalahayati (pendiri pasukan Inong Balee), konon, sudah berprestasi di akademi militer kerajaan jauh sebelum menikah. Jadi, masa, iya, ibu ini semata-mata marah karena penjajah membunuh suaminya dan membuat pasukan perang yang berjumlah ribuan perempuan, adalah kisah kesuksesan balas dendam massal para janda…?! Lantas, kalau membabi buta dan tidak punya strategi perang yang canggih, pasukannya tidak punya keahlian tempur, manalah mungkin ibu satu ini, beserta pasukannya, disegani banyak pihak…?

Kecuali kalau dia punya tiga dragon.

by

FERIAL AFFIF adalah seniman fleksibel yang telah aktif berkarya lebih dari 10 tahun. Saat ini ia berdomisili di Yogyakarta. Pola karyanya tak punya batasan maupun gaya tertentu, secara artistik dia kerap beralih-peran sebagai fasilitator/kurator/penulis/peneliti/produser/dsb. Dia senantiasa penasaran. berhubungan dengan orang lain serta kondisi kehidupan yang menyertainya, terutama tema lingkungan/gender/sejarah. Karyanya sempat hadir di berbagai kota di Indonesia dan negara lain seperti: Singapura,Myanmar, Jepang, Korea Selatan, India, Sri Lanka, Madagaskar, Switzerland, dan sebagainya, Ferial sejak 2012 menjadi anggota Lifepatch, sebuah inisiasi warga dalam seni-sains-teknologi. Sejak 2018 bersama Putri Wartawati, Ridwan Rau Rau, dan Yayasan Lingkar Semanggi (Tangerang) menginisiasi Expedition Camp sebuah forum temu dan berbagi per dua tahunan bagi para praktisi performans se-Asia.

1 Comment

  1. Pingback: Inong Balee Fortress | CEMETI

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.