
Lanskap garis pantai sebuah kampung dengan sejarah peradaban yang luar biasa, rumah bagi para tukik, tempat istirahat para perahu, yang pasti pertemuan antara daratan dan lautan. Ruang hidup para makhluk yang hakikatnya lingkaran saling menyayangi. Namun, gerusan peradaban berkata lain lewat sisa-sisa konsumsi kehidupan. Sesuatu yang tak asing bernama ‘sampah’. Ya, entah itu sampah plastik atau bukan, entah itu yg sengaja dibuang atau tidak. Secara ruang, keberadaan mereka salah, entah itu sampahnya ataupun pelakunya.

Terbilang unik, sebuah wilayah yang besar dengan kebanggaan lautnya dan peradaban masa lampau yang dikatakan mumpuni. Keramah-tamahan penduduk berbanding terbalik dengan kondisi garis pantainya. Sampah dan pantai berdampingan dengan “baik” dan “indah”, tampak tak terjadi apa-apa. Apakah mereka lelah lalu acuh tak acuh atau mereka masih berharap dengan birokrasi tuk menyelesaikan masalah ini?! Dengan aroma dinasti yang telah menancapkan sedotannya. Keduanya, mungkin saja, dan salah satu sudah pasti.

Belum lagi pembangunan tanggul laut yang sesungguhnya membunuh identitas laut mereka sendiri. Kapal kesulitan mendapatkan ruang bersandar dan harus selalu mengambang hingga memendekkan umurnya, jalan para penyu tuk ke pantai persalinan pun terhalang. Opsi yang lain banyak, tiadakah orang di lingkaran plat merah itu yang lihai dalam memetakan keadaan dan kebijakan? Apakah kebudayaan dan tradisi hanya jadi pakaian untuk dipamerkan, dan sisi humanis ditinggalkan dalam meja kantor…?! Oh, mungkin permainan angka di atas kertas atas nama kemaslahatan umat…?! Saya tidak tahu, karena saya bukan pegawai kantoran. Hihihihi!






Sungguh sayang dan disayang, wilayah laut yang tak menyayangi garis pantainya dan pemerintahan yang sudah lima belas tahun berdiri, namun hanya terfokus di satu area. Mentalitas individualistis yang berbaur dalam kelompok tentu sukar tuk digembosi, entah itu kelas sosial atas maupun menengah dan juga bawah. Ironis??? Sungguh tidak. Ini lucu. Sisi-sisi satir kehidupan dan gimik-gimik dunia Internasional. Tak perlu event tuk berbuat baik.
Mungkin butuh ‘Akar Rumput’ tuk ditanam.
