"Kabar Teman Rimpang", Kabupaten Sintang, RIMPANG NUSANTARA
Leave a Comment

Ensaid Panjang

English | Indonesia

Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).

Di Ensaid Panjang, ada 28 bilik yang berarti 28 pintu rumah. Para ibu menenun menjelang siang hingga sore hari. Kami tinggal di satu bilik khusus untuk tamu. Malam tiba dan kami semua berkumpul untuk mendengarkan bekana (‘dongeng’) dari salah seorang nenek yang juga dipercaya menjaga tangga perempuan dan bedudu (‘bertutur dengan lantunan’), seperti mattedze di Mandar. Bedudu dilakukan oleh seorang kakek yang biliknya dekat dari tangga laki-laki. Di rumah Betang Dayak, ada dua tangga utama. Di ujung kiri dan ujung kanan, tangga perempuan dan tangga laki-laki.

Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).
Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).

Setelah sarapan, kami ikut anak-anak masuk ke hutan, menyusuri jalan hingga satu jam lamanya, perlahan mendekati kaki gunung. Mereka ke air terjun, bermain; mereka juga memanjat susunan batu yang dialiri air terjun itu hingga tingkat ketiga, lincah dan berani. Sebentar lagi Gawai Padi, para lelaki membuat panggung dan mempersiapkan segala sesuatunya. Saat kami pamit pulang, beberapa orang berkumpul di depan salah satu bilik untuk berbagi ular hasil tangkapan.

Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).

Popon, Andin, Egi, Arbi, dan lainnya memandang kami saat naik ke mobil dari celah-celah dinding kayu rumah Betang. Saat kutanya, apakah mereka nanti ingin kuliah, mereka menjawab, “Iya”. Kutanya lagi, “Setelah kuliah mau tinggal di tempat lain atau kembali ke rumah Betang?” “Balik, lah, Kak, mana boleh tidak kembali…?!”

Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).
Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).
Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).

Saat berbicara pada kami, mereka berbahasa Melayu, tapi dengan sesamanya, dengan orang-orang di rumah Betang, berbahasa Dayak. Popon, kadang-kadang mencoba berkomunikasi dengan bahasa Inggris kepada rekan kami yang lain. Dia bilang ingin belajar serius, agar bisa berkomunikasi dengan tamu-tamu lain yang akan datang ke rumah Betang. Semoga mereka semua tumbuh dengan baik dan sehat.

Foto: Tajriani Thalib (Diakses dari Instagram @taaj_rianithalib).

by

TAJRIANI THALIB mendapatkan gelar sarjananya dari Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar. Tajriani tinggal dan bekerja di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia aktif sebagai penampil, khususnya dalam pertunjukkan-pertunjukkan seni tradisi. Tajriani tampil, antara lain, dalam Wonderful Indonesia Festival, Bangkok, Thailand (2017) dan The 3rd Erau International Folks Arts Festival (EIFAF), Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (2013). Dia juga banyak terlibat dalam proyek-proyek sosial, misalnya bersama Komunitas Sipatokkong yang fokus melakukan pendampingan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus serta bersama Armada Pustaka Mandar, komunitas pustaka bergerak yang menghadirkan bacaan ke berbagai daerah di Sulawesi Barat. Dia juga merupakan salah satu pendiri Ruang Budaya Bura'pia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.