"Pengantar Program", Residensi 2019 #1

Residensi 2019 Periode #1

English | Indonesia

Ragil Dwi Putra (Indonesia) & Mirjam Linschooten (Belanda)

Program Residensi Seniman Periode #2 2019

Mulai 1 Maret hingga 31 Mei 2019, Cemeti bekerja sama dengan Mondriaan Fund kembali menyelenggarakan Program Residensi Seniman, Periode #1, 2019. Program residensi yang dikembangkan oleh Cemeti ini melanjutkan gagasan pokok menciptakan keterhubungan antara seni dan masyarakat dengan mendorong sebuah proses terbuka bagi seniman residensi untuk mengembangkan gagasan karya, melakukan penelitian dan pertukaran pengetahuan, serta menghubungkan seniman dengan berbagai jejaring lokal yang mendukung kerja-kerja kolaboratif. Selama tiga bulan, seniman residensi akan merasakan nuansa ruang interaksi yang baru dan melakukan penjelajahan medan sosial bersama tim Cemeti dan asisten program residensi, Muhammad Tomi.


Biografi Seniman (dalam urutan abjad)

Mirjam Linschooten (Belanda)

Mirjam Linschooten (lahir di Leiden, 1976) meraih gelar MA di Dutch Art Institute, Belanda dan gelar BFA di Gerrit Rietveld Academy, Belanda. Praktik multidisiplinnya berkaitan dengan bagaimana institusi pusaka budaya mewakili sejarah, mengeksplorasi taktik representasi dan cara ingatan dibangun, serta bentuk-bentuk pengkoleksian dan estetika tampilan. Karyanya meliputi instalasi, film, publikasi dan performance. Beberapa proyek karyanya yang pernah dipresentasikan di berbagai institusi, antara lain di Neverneverland, Amsterdam (2018); Contemporary Art Gallery, Vancouver (2016); The Blackwood Gallery, Toronto (2015); Musée d’Art Moderne, Tétouan (2014); Art Gallery of Ontario, Toronto (2011) dan Sanat Limani, Istanbul (2010).

Ragil Dwi Putra (Indonesia)

Ragil Dwi Putra (lahir di Salatiga, 1992) menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana seni rupa dari Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2016, dengan program studi Seni Grafis. Dalam praktik berkaryanya, ia memaknai ulang benda-benda yang ia temui dalam keseharian melalui medium performance art, di mana bentuk, warna, komposisi, karakter, dan hubungannya dengan ketahanan tubuh dimainkan dalam bingkai durasi tertentu. Ia pernah mengikuti beberapa lokakarya di perhelatan seni seperti Jakarta 32 C (2014), OK. Video (2015) dan Art Summit (2016), dan aktif terlibat dalam festival performance art seperti Undisclosed Teritorry pada tahun 2016 dan 2018.

This entry was posted in: "Pengantar Program", Residensi 2019 #1

by

Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat (sebelumnya ‘Galeri Cemeti’, kemudian ‘Rumah Seni Cemeti’) adalah platform tertua seni kontemporer di Indonesia, didirikan di Yogyakarta tahun 1988 oleh Mella Jaarsma dan Nindityo Adipurnomo. Cemeti menawarkan platform bagi seniman dan praktisi kebudayaan untuk mengembangkan, menyajikan, dan mempraktikkan aktivitas mereka lewat kolaborasi bersama kurator, peneliti, aktivis, penulis dan performer, serta komunitas lokal di Yogyakarta.