Pameran Tunggal Julia Sarisetiati
Kurator: Grace Samboh
19 Januari – 9 Februari 2019
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat

Pembukaan
Sabtu, 9 Januari 2019, 19.00 WIB – selesai
Rangkaian Kegiatan
- Tur Pameran
bersama Julia Sarisetiati
Selasa, 22 Januari 2019, 11.00 WIB – selesai - Performing Knowledges
Pemutaran dokumentasi karya teater seniman Verry Handayani dan sesi karaoke dengan sepilihan tembang tentang kerja dan perantauan karya buruh migran Indonesia.
Sabtu, 2 Februari 2019, 15.00 – 20.00 WIB
Choreographed Knowledges adalah proyek seni yang diinisiasi oleh Julia Sarisetiati dan dikuratori oleh Grace Samboh. Proyek ini adalah pengembangan dari penelitian dan hubungan jangka panjang Julia Sarisetiati dengan buruh migran Indonesia. Pameran ini menjelajahi perihal tubuh-tubuh yang berkuasa seperti pemerintah dan perusahaan menciptakan koreografi atas tubuh-tubuh yang disebar di seluruh dunia sebagai buruh migran, khususnya pada proses persiapan keberangkatan: pendidikan dan pelatihan.
Apa cita-citamu? Sedari kecil, kita seperti diarahkan untuk menjawab pertanyaan ini dengan sebuah profesi tertentu, entah itu dokter, astronot, guru, tentara, polisi, pelukis, dsb. Artinya, manusia adalah makhluk pekerja. Setelah dewasa, dimanapun seorang dokter berada, ia akan bertemu dengan pertanyaan perihal kesehatan. Tak peduli pun misalnya ia seorang dokter gigi, ia akan diharapkan bisa menjawab pertanyaan mengenai penyakit lambung. Pekerjaan kita hadir dengan tuntutan peran tertentu dalam kehidupan sosial. Padahal, apa yang sedang kita penuhi dengan bekerja? Apakah pekerjaan Anda sesuai dengan cita-cita Anda sendiri? Bagaimana Anda memilih jalur pendidikan yang akan Anda tempuh? Apakah pendidikan tersebut membatasi pilihan bidang pekerjaan Anda atau justru memperluasnya? Apakah sikap negara terhadap pendidikan dan ketenagakerjaan yang menjamin kelangsungan dan kesejahteraan hidup masyarakatnya?
Sejak 2011, Julia Sarisetiati bekerja bersama para buruh migran Indonesia (BMI) di Korea Selatan, civitas akademik Indonesia yang memusatkan perhatian akan perihal ketenagakerjaan, para BMI yang sedang bersiap untuk kembali ke tanah air, dan, yang terakhir, ia bekerja dengan para calon BMI. Salah satu cita-cita Julia Sarisetiati adalah untuk mengembangkan sebuah pelantar digital berbasis aplikasi ponsel pintar di mana para BMI bisa bertukar pengetahuan, mulai dari pengetahuan praktis yang sifatnya untuk bertahan hidup (seperti bahasa, jenis makanan, cara mengatasi perbedaan budaya, dst) sampai dengan cara mengembangkan kehidupan (seperti usaha apa yang bisa dibangun setelah kembali ke tanah air, dsb). Berangkat dari pertemanannya dengan para BMI ini, Sari menelusuri perihal ketenagakerjaan di Indonesia. Di negeri yang luas dan kaya ini, mengapa banyak orang memutuskan untuk bekerja di luar negeri? Apakah ini sebuah keputusan yang bijak (informed decision) atau keputusan tersudut? Penelusuran ini membawanya kepada gagasan pendidikan nasional dan bagaimana kebijakan-kebijakan pendidikan diambil.
Choreographed Knowledges adalah sebuah jeda dalam praktik artistik Sari. Melalui instalasi video dan foto, pustaka, linimassa, dan beragam temuan penelitian lainnya, pameran ini menghadirkan catatan-catatan dan pertanyaan-pertanyaan Sari mengenai senarai kebijakan dan kepentingan yang melatari fenomena BMI. Bagaimana BMI diciptakan, dididik, dan diurus. Industri macam apa yang membutuhkan mereka, dan mengapa? Siapa atau apa yang menciptakan permintaan buruh migran? Bagaimana pemerintah serta dunia kapital melakukan koreografi, memanggungkan, serta melatih warga untuk memenuhi kebutuhan permintaan ini? Pameran ini juga mengajak kita semua untuk ikut memikirkan dan mempercanggih pertanyaan-pertanyaannya mengenai kondisi ketenagakerjaan kita dalam hubungannya dengan pendidikan.
Sepanjang 2018 lalu, Grace dan Sari juga bekerja sama dalam konteks Simposium Khatulistiwa (Yayasan Biennale Yogyakarta) serta POLLINATION (The Factory Contemporary Arts Center & Dana SAM untuk Seni dan Ekologi). Sebagian karya Sari dalam proyek ini juga dipamerkan dalam pameran kelompok We’re in this, together di The Factory, Ho Chi Minh City (14 Desember 2018-27 Januari 2019).
Choreographed Knowledges merupakan bagian dari Bodies of Power/Power for Bodies, rangkaian program Cemeti yang sedang berlangsung yang mengeksplorasi peran sosial dan agen politik dari praktik budaya; bagaimana kita dapat berbicara kepada (badan) kuasa, serta secara langsung mendukung tubuh individu dan kolektif kita.
Biografi Seniman dan Kurator
Julia Sarisetiati (l. 1981, Jakarta) adalah lulusan Jurusan Fotografi di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti. Ia adalah bagian dari ruangrupa, inisiatif seniman di Jakarta, yang sekarang mengelola Gudskul—pelantar pendidikan informal bagi praktisi seni muda. Subyek yang dikelola Sari dalam sekolah baru ini bertajuk “Keberlangsungan Kolektif”. Salah satu bagian besar dalam praktik artistik Sari adalah mengulik seputar keberlangsungan hidup buruh migran Indonesia. Beberapa pameran terakhirnya adalah SIASAT Jakarta Biennale 2013; Hacking Urban Reality Series di Kopenhagen (2016); 11th Gwangju Biennale, Korea (2016); We’re in this, together di the Factory Contemporary Art Space, Saigon (2018). Pada 2017, ia menjadi salah satu kurator OK. Video, sebuah festival seni media dengan tajuk besar pangan, di mana ia turut mengembangkan banyak kerja-kerja artistik seputar pangan dengan fokus penelusuran aspek ekonomi dan keberlangsungan sosial. Sekarang ini, ia juga mengerjakan kuratorial untuk proyek Goethe Institut Asia Timur dan Asia Tenggara dengan tajuk besar migrasi, RETURNS: Migration Narratives in Southeast and East Asia.
Grace Samboh (lahir 1984, Jakarta) sedang mencari apa saja yang membentuk sebuah kerja kuratorial di dalam skena di sekitarnya. Ia bergerak di dalam elemen-elemen yang ada dari skena seni di sekitarnya karena ia menganggap klaim bahwa Indonesia kekurangan infrastruktur seni terutama milik negara atau yang dijalankan oleh negara sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman. Penelitiannya baru-baru ini mengamati praktik-praktik kontemporer di luar pusat-pusat skena seni Indonesia yang ada dan perlahan menghubungkannya kembali dengan narasi masa lalu dan pusat. Ia percaya bahwa kuras%u0131 adalah tentang memahami dan membuat di saat yang bersamaan. Bersama dengan Hyphen, perhatiannya adalah untuk mendorong proyek dan publikasi penelitian artistik dan seni Indonesia. Bersama dengan Simposium Equator (Yayasan Biennale Yogyakarta), ia mengeksplorasi kemungkinan meaghubungkan negara-negara di sekitar garis khatulistiwa melalui situasi kehidupan saat ini dengan kekaguman terhadap masa lalu dan optimisme terhadap masa depan. Saat ini ia bekerja di antara Medan, Sumatera Utara; dan Yogyakarta.