"Pameran", BODIES OF POWER / POWER FOR BODIES, ~IIINNNGGG~

~IIINNNGGG~

Pameran Tunggal Julian Abraham “Togar”

7 Desember 2018 – 9 Januari 2019
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat

English | Indonesia


Rangkaian Acara Publik:

Ngaji Bunyi – Does Sound Matter? #1
Diskusi Publik bersama Julian Abraham “Togar”
Minggu, 2 Desember 2018, di Masjid Jendral Sudirman

Pembukaan Pameran
Jumat, 7 Desember 2018, 19.00 WIB

Ngaji Bunyi – Does Sound Matter? #2
Diskusi Publik bersama Jack Simanjuntak, Bob Edrian, dan Grace Samboh
Senin, 17 Desember 2018, di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat

Bincang Seniman oleh Julian Abraham “Togar”
Sabtu, 5 Januari 2019, di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat

Ngaji Bunyi – Does Sound Matter? #3
Diskusi Publik bersama M. Yaser Arafat, Pitra Hutomo, dan Abdul Somad, Irfan R. Darajat.
Rabu, 9 Januari 2019, di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat


~IIINNNGGG~ adalah pameran tunggal Julian Abraham ‘Togar’. Judulnya merupakan bunyi yang harus dibuat alih-alih kata untuk diucapkan, dan mengacu pada dering yang tersisa di telinga seseorang setelah mendengar berisik atau di saat-saat ‘diam’, serta kata kerja aktif dari kata sifat -ing (‘mendengarkan’, ‘melakukan’) dalam bahasa Inggris. Pameran tunggal ini dibangun dari penelitian yang dilakukan seniman dan sedang berlangsung, mengenai aspek fisik, teknologi, historis, dan sosio-politik dari bunyi.

Secara khusus, karya-karya dalam pameran ~IIINNNGGG~ mengeksplorasi sifat kontestasi bunyi di ranah publik yang polifonik, baik secara harfiah maupun ideologis. Berangkat dari pemahaman mengenai bunyi sebagai salah satu perdebatan utama antara masyarakat dengan komunitas,  Togar melihat pertempuran bagi soundscape sebagai hal yang sangat dipolitisasi. Terutama dalam konteks seperti Indonesia di mana tidak ada regulasi tentang bising di tingkat legislatif. Siapa yang boleh memproduksi dan mengatur bunyi pasti terhubung dengan kekuasaan. Siapa yang berkuasa untuk memutuskan bunyi mana yang bising, apa yang bisa dan tidak bisa disuarakan dan apa saja konsekuensinya?

Inti dari pameran ini adalah sebuah instalasi film baru yang terdiri atas dokumentasi Ngaji Bunyi – Does Sound Matter?, sebuah ceramah performatif oleh seniman yang berlangsung pada tanggal 2 Desember 2018 di Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta, yang menjadi tuan rumah berbagai program publik diskursif. Dalam ceramah ini, Togar mengeksplorasi baik immaterialitas bunyi (fisik), bunyi sebagai material (seni) dan implikasi politiknya dalam kehidupan sehari-hari. Instalasi tersebut berfungsi sebagai landasan utama bagi karya-karya lain dalam pameran yang menyoroti bidang-bidang khusus yang menjadi perhatian. Mulai dari aparatus bunyi (elektronik) hingga berbagai pertanyaan seputar bunyi sebagai titik ketegangan dan negosiasi yang terus berulang antara tetangga dan komunitas.

Berangkat dari pertanyaan penelitian “Is Sound Matter? Does Sound Matter?”, pada bulan Oktober 2018, Togar melakukan perjalanan penelitian ke Tanjung Balai di Sumatera, sebuah kota yang letaknya dekat dengan kampung halamannya di Medan. Pada tahun 2016, Tanjung Balai adalah tempat kerusuhan terbesar yang berkembang setelah terjadi percakapan di antara tetangga mengenai bunyi vs bising. Bertemu dan mewawancarai orang-orang dari berbagai sisi, Togar menemukan sebuah proses yang kompleks dari amplifikasi dan distorsi sosial, dan apa yang pada mulanya merupakan perselisihan bertetangga berubah menjadi jaringan kepentingan, politik, ekonomi, dan kekuasaan yang menjerat.

Dalam pameran ini, Togar mengeksplorasi bunyi sebagai lensa yang digunakan untuk mengkritik sistem sosial dan politik yang dominan, memahami segudang kuasa yang menempati ruang publik, bagaimana kita dapat berbicara kepada (badan) kuasa, dan bagaimana kita mungkin menentang intoleransi saat ini dengan memahami kekuatan bunyi, baik sebagai medium maupun sebagai isu.

Dokumentasi Pembukaan Pameran:



Pameran ini merupakan bagian dari Bodies of Power/Power for Bodies, rangkaian program Cemeti yang sedang berlangsung yang mengeksplorasi peran sosial dan agen politik dari praktik budaya; bagaimana kita dapat berbicara kepada (badan) kuasa, serta secara langsung mendukung tubuh individu dan kolektif kita.