
Program Residensi Seniman Periode #1 2019
Mulai bulan Maret hingga Mei 2018, Cemeti mendampingi tiga seniman dari Indonesia, Belanda, dan New Zealand. Program residensi ini diselenggarakan oleh Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat dan didukung oleh Mondriaan Fund, Asia New Zealand, dan Unisadhuguna International College, Jakarta.
Program Residensi Seniman Cemeti adalah platform untuk seniman dengan praktik berbasis pasca-studio, yang mendorong proses penelitian artistik dan pertukaran pengetahuan yang bersifat terbuka. Program ini mendukung seniman dalam mengembangkan perspektif kritis mereka pada praktik mereka sendiri, dan untuk menghubungkan mereka secara langsung dengan komunitas lokal, membangun hubungan yang bermakna, dan melalui karya-karya mereka menunjukkan masalah utama yang dipertaruhkan dalam konteks lokal dan sebagainya. Residensi akan berujung dalam presentasi akhir dalam beragam bentuk yang terkait dengan temuan penelitian dan karya-karya para seniman.
Biografi Seniman (dalam urutan abjad)
Ardi Gunawan (Indonesia)
Ardi Gunawan adalah seniman multi-disiplin dan pengajar. Ia menempuh pendidikan di Monash University di Melbourne, Australia. Melalui praktiknya, ia mengembangkan proyek yang digerakkan oleh proses, bersifat performatif, dan menampilkan karya-karya patung dan arsitektur yang dieksplorasi melalui rangkaian latihan skor, tugas, dan daftar tindakan. Ia aktif terlibat dalam berbagai pameran, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia tinggal dan bekerja di Jakarta. Saat ini, ia mengajar di jurusan Desain Komunikasi Visual dan Kajian Kontekstual di Unisadhuguna International College, Jakarta.
Bridget Reweti (New Zealand)
Bridget Reweti adalah seniman dari Ngāti Ranginui dan Ngāi Te Rangi di Aotearoa New Zealand. Praktiknya yang berbasis lensa mengeksplorasi sudut pandang lanskap dan realitas Indigenous kontemporer. Tinggal di Wellington, Reweti meraih gelar Master dalam Māori Visual Arts (First Class Honours) di Massey University, dan gelar PGDip dalam Museum and Heritage Studies di Victoria University. Ia juga seorang anggota aktif dari Kava Club, sebuah kolektif seniman Māori dan Pasifik yang berbasis di Wellington, dan Mata Aho Collective, sebuah kolaborasi antara empat seniman perempuan Māori yang membuat karya tekstil berskala besar.
Coco Duivenvoorde (Belanda)
Coco Duivenvoorde adalah seniman asal Amsterdam, Belanda. Praktiknya yang seringkali bersifat kolaboratif, bertujuan untuk membicarakan isu-isu sosial politik seperti feminisme, politik pangan, narasi kolonial dan rasisme; sembari mengeksplorasi imaji (bergerak), puisi dan performance sebagai bahasa visual. Ia adalah bagian dari We Are Here Cooperative (Amsterdam), sebuah platform di mana pengungsi yang terlupakan dan produser budaya profesional berkolaborasi dalam proyek-proyek budaya. Ia lulus dari Dutch Art Institute, dengan gelar MA Fine Art (Arnhem, Belanda) pada tahun 2015.