Daftar Isi
DAFTAR ISI
Teks Pengantar | Foto Karya | Dokumentasi Pembukaan | Biografi Seniman

Teks Pengantar
Pameran & Presentasi
Seniman Residensi Periode #2 2017
Arum Dayu
Das Archipel
23 – 30 November 2017
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat, Yogyakarta
Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat melanjutkan sambil meninjau ulang program residensi yang telah dirintis sejak tahun 2006 dengan mengembangkan gagasan pokok dalam menciptakan keterhubungan antara seni dan masyarakat. Program residensi Cemeti mendorong sebuah proses terbuka bagi seniman residensi untuk mengelola dan mengembangkan gagasan karya, melakukan penelitian artistik dan pertukaran pengetahuan, serta menghubungkan seniman dengan berbagai jejaring lokal yang mendukung kerja-kerja kolaboratif. Selama tiga bulan, seniman residensi merasakan nuansa ruang interaksi baru dan penjelajahan medan sosial bersama tim kerja Cemeti.
Mulai bulan September hingga November 2017, Seniman yang terlibat, yaitu Das Archipel (Hamburg, German) dan Arum Dayu (Bandung, Indonesia). Untuk Program Residensi Seniman Cemeti, periode #2, 2017, Cemeti bekerja sama Goethe-Institut Indonesien.
Bagi Arum Dayu, berada dan tinggal di Yogyakarta bukanlah sebuah pengalaman baru baginya. Sebab kota ini telah menjadi salah satu persinggahannya, baik untuk sementara atau dalam jangka waktu yang lama. Sehingga, selama masa residensinya di Cemeti, ia mencoba mengambil jarak dan mencari keterasingan dengan mendatangi ruang-ruang dimana ia belum pernah memiliki ikatan jalinan sebelumnya. Salah satunya dengan terlibat dalam sebuah pawai peringatan hari jadi kota Yogyakarta bersama warga kampung Gemblakan Bawah, Kali Code. Disini Arum memperhatikan bagaimana para penonton menggunakan gawainya untuk melihat dan mendokumentasikan pawai tersebut. Peristiwa ini selanjutnya memantik Arum untuk mengeksplorasi kaitan dan ketergantungan antara ‘gawai’ dan ‘manusia’ dalam proyek residensinya.
Selain berkarya sebagai seniman, Arum juga seorang musisi dimana ia mendapati dirinya berada di ujung lensa ponsel pintar pemirsanya. Menindaklanjuti potensi penyelidikan ini, Arum membuat sebuah proyek musik kolaboratif bernama ‘Klout’ dengan Hannah Ekin dan Ayash Laras. Dengan kolaborasi bersama Sekutu Imajiner, Klout mengorganisir sebuah pertunjukan musik eksperimental di Cemeti bertajuk See The Grid, Feel The Gig. Mengikuti rangkaian aksi pembuka, berlangsung di galeri sekaligus ditayangkan secara langsung dari tempat tinggal seniman di Bandung, penampilan Klout dimulai. Berada secara fisik di bangunan yang sama, penonton dan band penampil tidak dapat melihat satu sama lain. Hubungan mereka hanya terjalin melalui sarana tayangan langsung di Instagram. Sementara, penonton mendapati dirinya berada di sebuah ruang kosong yang hanya ditandai oleh tampilan tata cahaya yang berwarna-warni. Komposisi musik yang dimainkan dan tata letak visual yang ditampilkan oleh band tersebut merupakan sebuah tenunan digital dari bunyi dan imaji elektronik. Pertunjukan musik ini merupakan sebuah eksperimen yang dikembangkan oleh Arum sebagai bagian dari penelitian artistiknya untuk residensinya di Cemeti; sebuah skenario pertama yang dikonstruksi untuk memungkinkan Arum mengekplorasi lebih jauh mengenai ketergantungan kita yang meningkat terhapat perangkat kita, manusia dan pasca-manusia.
Dalam praktik berkaryanya, Das Archipel selalu melibatkan dirinya dengan berbagai komunitas yang berada di setiap tempat yang mereka datangi. Selama masa residensinya di Cemeti, Das Archipel ingin mengenal orang-orang di tempat kerjanya. Oleh karena itu, mereka mencari “pekerjaan”. Mereka menghabiskan satu minggu di sebuah studio batik komersil dan bekerja bersama dengan sekelompok perempuan yang baru saja lulus sekolah. “Pekerjaan” kedua mereka berada di sebuah bengkel kayu yang terletak di dekat Cemeti dan dijalankan oleh sebuah keluarga. Disinilah mereka membangun angkringan yang menjadi bagian dari proyek karya mereka.
Das Archipel memarkir angkringan tersebut di beberapa ruang publik dan mengundang beberapa kelompok untuk bergabung dalam sebuah percakapan. Antara lain rekan kerja mereka di studio batik tersebut, pekerja dari serikat buruh, penagih hutang, pengelola sebuah sekolah informal, hingga warga sekitar yang sering nongkrong di lokasi-lokasi tersebut. Di angkringan tersebut, mereka membicarakan beberapa isu seputar kerja, resistensi, utopia masa depan, dan nilai-nilai kolektif. Sembari mempertanyakan tentang “Bagaimana sistem ekonomi membentuk keseharian kita dan me(re)produksi identitas terpisah?”, “Apa bayanganmu mengenai sebuah masa depan alternatif?”, “Apakah kolektivitas memiliki potensi untuk menghadapi batasan dan menciptakan ruang untuk berpikir ulang tentang cara kita mengorganisir, memproduksi, dan hidup bersama?”.
Dengan menggunakan sebuah visi utopia, Das Archipel bermaksud untuk menghadapi garis-garis yang memisahkan baik identitas individu dan kolektif, menguji coba bentuk-bentuk kolektivitas yang secara potensial dapat mengurangi struktur kuasa yang dominan saat ini: “Berangkat dari mempertanyakan cara kita sendiri dalam bekerja bersama, hal ini dapat menjadi kekuatan pendorong untuk mengerjakan moda dan tujuan produksi alternatif bersama.” Selama masa residensinya, Das Archipel berkesempatan untuk bekerja dan berbincang dengan orang-orang yang memiliki kesadaran kolektivitas yang tinggi. Di akhir bulan November, Das Archipel akan membawa beberapa kelompok sebelumnya ke angkringannya dan kali ini akan mengambil tempat di Alun-alun Selatan. Meski dalam kesehariannya kelompok-kelompok ini terlibat dengan berbagai macam pekerja, namun mereka memiliki cara kerja komunal yang sama: sebagian besar ruang kerja berfungsi sebagai ruang sosial di saat yang bersamaan. Dengan “menciptakan bayangan yang mengandung jejak potensi masa depan yang sudah ada – sebuah masa depan yang ingin kita tinggali”, apakah mungkin untuk melazimkan kelompok-kelompok tersebut menjadi sebuah tubuh yang lebih besar dan kolektif secara radikal?
Foto Karya
Foto Karya
Arum Dayu









Das Archipel



















Exhibition View








Dokumentasi Pembukaan
Dokumentasi Pembukaan












Dokumentasi foto Pembukaan Pameran & Presentasi Seniman Residensi Periode #2 2017, 23 November 2017, Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. (Foto: Dimaz Maulana)
Biografi Seniman
Biografi Seniman (dalam urutan abjad)
Arum Tresnaningtyas Dayuputri (Indonesia)
Arum Tresnaningtyas Dayuputri adalah seniman. Dia menginisiasi sebuah ruang belajar yang bernama Kami Punya Cerita untuk setiap orang yang memiliki minat dan hasrat di bidang fotografi. Bersama dengan beberapa teman, Arum saat ini mengelola Omnispace di Bandung. Dia gemar menyanyi dan bermain ukulele dan mendirikan sebuah proyek musik bernama Tetangga Pak Gesang bersama dengan Meicy Sitorus.
Das Archipel (Jerman)
Das Archipel (di Yogyakarta: Nuriye Tohermes and Finn Brüggemann) berkarya dalam praktik spasial yang kritis yang bertujuan untuk terlibat dengan orang-orang untuk membayangkan bagaimana kita ingin hidup bersama. Das Archipel berkarya sebagai sebuah kolektif yang berbasis di Hamburg, Jerman, sejak 2013.