
PADA JANUARI 2017, tahun ke-30 Cemeti, pendiri Mella Jaarsma dan Nindityo Adipurnomo undur diri dari kegiatan sehari-hari dan menyerahkan organisasi kepada tim baru, yang mengubah nama dari Rumah Seni Cemeti menjadi Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat. Subjudul baru diambil sebagai titik awal gagasan “pelembagaan” sebagai proses sosial kolektif di mana kami menemukan bentuk-bentuk bagi urgensi bersama, sementara “seni dan masyarakat” dimaksudkan untuk mengekspresikan fokus organisasi yang bermanfaat secara sosial. Alih-alih segera meluncurkan program yang dikembangkan sepenuhnya, tim baru menggunakan tahun pertama mereka untuk mencoba dan memikirkan masa depan alternatif yang memungkinkan bagi Cemeti bersama dengan masyarakatnya, melalui program Maintenance Works; sebuah rangkaian program pameran, lokakarya, desain ulang, pertemuan, kelompok kerja dan residensi, yang membayangkan Cemeti sebagai sesuatu yang “tidak berjalan sementara waktu karena sedang dalam pemeliharaan” (seperti situs web), sembari tetap terbuka untuk umum. Dengan secara konseptual menjadikan organisasi ini “offline”, idenya adalah membuat waktu dan ruang untuk mengajukan pertanyaan mendasar tentang di mana kami berada dan ke mana kami ingin pergi; dimulai dengan sejumlah pertanyaan:
“Apa kunci urgensi sosial dan politik di kota, negara, dan kawasan saat ini?”
“Apa agen sosial dan politik dari praktik seni?”
“Apa yang bisa dilakukan institusi (seni)?”
“Untuk apakah galeri?”
“Bagaimana kita bekerja bersama?”
Maintenance Works menjadi program untuk rentang waktu 18 bulan yang dibagi menjadi dua konsep. Maintenance Works Draft #1: Proposisi mencakup pameran dengan nama yang sama dengan mempresentasikan berbagai karya seni, proyek, wawancara, bahan arsip, ruang kerja, dan kelompok editorial yang mendiami galeri dan ruang domestik Cemeti; Pertemuan tiga hari bertajuk Forms of Exchange: (Re)producing Residencies yang menjelajahi masalah dan kemungkinan model residensi (salah satu bentuk utama dari produksi artistik di Indonesia); klub film nonreguler; desain ulang ruang galeri dan fasilitas publik Cemeti oleh duo desain Collective Works (Karin Mientjes dan Peter Zuiderwijk); dan awal kolaborasi dua tahun dengan design cooperative TUHANTU untuk merancang ulang logo, identitas visual, dan situs web Cemeti agar sesuai dengan fokus dan arahan baru.

Maintenance Works Draft #2 berlangsung dari Juli 2017 hingga Juli 2018 dan terdiri dari seri pameran bertajuk “Berbagi”. Dalam draft kedua ini, kami mengundang enam seniman, kelompok atau praktisi budaya, bereksperimen dengan berbagai bentuk kerja sama kolaboratif, untuk merealisasikan sebuah proyek di Cemeti. Tujuannya adalah memberi mereka ruang untuk bereksperimen dengan model-model praktik baru, sementara juga memungkinkan Cemeti untuk belajar dari berbagai cara kerja mereka. Seri pameran Berbagi meliputi: Museum of the Ordinary Things (Barbagi #1) oleh Eko Prawoto bersama Eko Prawoto Architectural Workshop dan Laboratory of History, Technology and Design Studies, Faculty of Architecture and Design, Duta Wicana Christian University; Ruang Politik Pertama Bernama Rumah (Berbagi # 2) oleh Dito Yuwono bersama Barasub, kelompok riset musik LARAS, RAREditions, Studio Batu, dan Sewon Screening; Artist Job Fair (Berbagi # 3) oleh Wok The Rock bersama Videshiiya & friends; In a Hard Place Apply Soft Pressure/s (Berbagi #4) oleh soft/WALL/studs; MASS (Berbagi # 5) oleh Auto Italia bersama Marianne Forrest, Edward Gillman, Friend in French (a.k.a. Ahmi Kim), Pablo Jones Soler, dan Natasha Tontey; dan ALMANAK (Berbagi # 6) oleh Natasha Tontey bekerja sama dengan kurator Syafiatudina.